Untuk itu, mereka telah mengumumkan kepada siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Joanna Palani akan diberi imbalan sebesar 1 juta dolar atau senilai dengan Rp 13 miliar.
"ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak,” terang Joanna.
Informasi tentang keganasan Joanna ini tampaknya sengaja disebarluaskan untuk menurunkan moral pejuang ISIS.
Di sisi lain, informasi ini memancing berbagai media di Eropa untuk menguak kisahnya.
Kesempatan ini muncul ketika badan intelejen Denmark (P.E.T) menangkap Joanna pada Desember 2016.
Maksud P.E.T menangkap Joanna ini untuk 'mengamankan' sang sniper, Tapi pihak kejaksaan tampaknya tidak mau ambil risiko.
Wartawan dari Daily Mail berhasil mewawancarai buruan utama ISIS ini tak lama setelah dibebaskan dari penjara akhir Januari 2017. (*)