Laporan Wartawan Grid.ID, Andriana Oky
Grid.ID - Sindrom ovarium polikistik atau PCOS telah mempengaruhi sekitar 6 hingga 21 persen wanita di usia subur.
75 persen wanita di dunia saat ini sedang berjuang untuk hamil.
Hingga saat ini, para ilmuwan telah menemukan penyebab utama dan pengobatan yang dapat membantu wanita yang menderita PCOS.
(BACA JUGA: 5 Pasangan Selebriti dengan Kisah Hijrahnya yang Menginspirasi)
PCOS (polycystic ovary syndrome) adalah kondisi terganggunya fungsi ovarium pada wanita yang berada di usia subur.
Kondisi ini menyebabkan hormon wanita yang menderita PCOS menjadi tidak seimbang karena beberapa hal yang tidak diketahui.
PCOS atau sindrom ovarium ini bisa menyebabkan ovarium membesar karena adanya beberapa perkembangan kista berukuran kecil.
(BACA JUGA: Istri Ibnu Jamil Akan Hadirkan 2 Saksi dalam Sidang Cerai Selanjutnya)
Perkembangan kista ini bisa terjadi karena ada beberapa folikel yang tidak berubah menjadi telur pada waktu yang tepat.
Beberapa gejala dari sindrom ovarium polikistik adalah sebagai berikut.
1. Periode bulanan tidak teratur.
2. Munculnya jerawat.
3. Pertambahan berat badan.
4. Pertumbuhan rambut berlebih pada wajah, dada atau perut.
(BACA JUGA: Tanggapan Ustaz Maulana Melihat Penampilan Nikita Mirzani Berhijab)
Meskipun penyebab PCOS belum diketahui dengan pasti, para ilmuwan di Institut kesehatan dan Penelitian Medis Nasional Prancis menemukan bahwa sindrom ini mungkin dipicu oleh paparan hormon dalam rahim.
Hormon tersebut adalah anti-Mullerian.
Hormon anti-Mullerian adalah zat yang diproduksi oleh sel-sel granulosa dalam folikel ovarium.
(BACA JUGA: Perlu Hati-hati, Deretan Zodiak Ini Paling Mudah Marah dan Tersulut Emosi, Taurus Pertama nih!)
Kadar hormon anti-Mullerian ini akan mengarah pada sindrom ovarium polikistik sedangkan jika kadarnya menurun akan mengarah pada disfungsi ovarium.
Disfungsi ovarium ini akan menyebabkan cadangan sel telur menurun atau gejala menopause dini.
Para peneliti menemukan bahwa wanita dengan PCOS memiliki tingkat hormon anti-mullerian 30 persen lebih tinggi daripada wanita normal.
(BACA JUGA: Permintaan Terakhir Adara Taista Sebelum Menutup Usia, Bikin Haru!)
Biasanya sindrom ini bisa ditularkan sang ibu pada putrinya selama masa kehamilan. (*)