Ketika pertama kali mendengar penderitaan para pengungsi Suriah, Stevens merasa dirinya mendapatkan panggilan hati.
BACA JUGA Belajar Jadi Mandiri, Ini 4 Cara Efektif Berhenti Bergantung pada Orang Lain
"Saya melihat video orang-orang yang menyeberang sejauh 4,1 mil dari laut berbahaya, mendengar laporan berita tentang begitu banyak orang yang tenggelam dan orang-orang yang masuk ke Lesbos dengan kondisi yang mengerikan. Sungguh, betapa luar biasa dampak dari genosida di Suriah", kata Stevens.
Dia datang dengan ide mengajar para wanita di kamp pengungsian untuk membuat sesuatu yang berguna di kehidupan nyata.
"Mereka seperti simbol yang kuat", kata Stevens.
Stevens kemudian membentuk tim dengan pembagian tugas masing-masing.
Ada yang bertugas di bagian logistik, ada yang bertugas menemui Ann Holtz, seorang penenun di North Carolina yang bersedia mengajar.
Stevens dan kelompoknya datang untuk menawarkan pekerjaan dan harapan bagi para pengungsi Suriah.
BACA JUGA Pandji Pragiwaksono: Masa Remaja Gue Penuh Bully
Namun sayangnya, niat tulus Stevens ini harus dihadapkan dengan masalah perizinan di kamp pengungsian itu.
Karena para wanita yang ada di sana diliputi dengan keraguan apakah Stevens datang dengan niat yang benar-benar tulus atau sekedar menawarkan janji palsu.
Tapi Stevens tetap tidak menyerah sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang wanita pengungsi yang telah belajar bahasa Inggris.