Grid.ID - Di era millennials ini gadget bukan lagi satu hal yang terlihat mewah dan mahal.
Hampir semua orang memiliki gadget yang berbasis Android.
Sebagian orang menggunakannya untuk bersenang-senang atau hanya menggunakannya sebagai media komunikasi.
Tak seperti kaum millennials lainnya, seorang gadis SMA di New York City ini.
Ia memanfaatkan gadget untuk media membantu mengentaskan anak-anak dari masalah kelaparan.
Penasaran? Langsung simak kisahnya di sini ya.
Namanya Alyssa Kapasi.
Pada hari pertamanya mengajar anak-anak kurang mampu di sebuah sekolah yang ada di New York City, gadis itu tampak memperhatikan berapa banyak anak yang mengantri demi mendapatkan sandwich gratis di kantin.
Salah satu koordinator menjelaskan bahwa sebagian besar anak-anak ini tidak mendapatkan makanan yang cukup di rumahnya.
Jadi, makan siang dari sekolah kemungkinan adalah makanan terbanyak yang mereka terima selama satu hari penuh.
Kapasi, yang bersekolah di sebuah sekolah swasta pun terkejut melihat pemandangan ini.
Ia kemudian memiliki tekad untuk membantu anak-anak itu.
BACA JUGA Salut, Yoo Jae Suk Salurkan Donasi untuk Membantu Wanita Korban Pelecehan
Meski di usianya yang masih belia, Kapasi ingin memberi contoh kepada yang lain bahwa mereka tidak harus menunggu menjadi dewasa untuk bertindak menyelesaikan suatu permasalahan.
Kapasi bersama sekelompok temannya kini menciptakan sebuah aplikasi bertajuk Food For Thought.
Aplikasi ini akan memudahkan orang-orang yang berhati baik untuk menyumbangkan makan siang bagi para siswa yang membutuhkan di sekolah terdekat.
Sekarang ini, sekitar 20 juta anak-anak di Amerika bisa mendapatkan makan siang secara gratis.
Sementara untuk dua juta orang lainnya yang memenuhi syarat bisa mendapatkan makanan dengan harga yang lebih rendah.
Aplikasi ini mendapatkan dana hibah dari para investor korporat dan sosial.
Selain itu, situs penggalangan dana GoFundMe juga turut menyumbang dana hibah pembuatan aplikasi ini.
Salah satu fitur cerdik dari aplikasi ini adalah kita dapat menyembunyikan identitas si donatur kepada penerima makan siang.
"Saya ingin membuat platform aplikasi di mana semua pengguna tidak akan merasa malu dalam menggunakan aplikasi ini", ungkap Kapasi.(*)