Surat terakhir, juga ditujukan ke pengasuhnya.
Dia meminta pengasuhnya agar tidak teriak memanggil orang di sekitar lokasi.
Dia meminta Maklek untuk menghubungi nomor telepon RSUD Mardi Waluyo.
EPA juga sudah menyiapkan kartu BPJS di dalam amplop.
Kasat Reskrim Polres Blitar Kota, AKP Heri Sugiono memastikan surat tersebut ditulis tangan sendiri EPA.
"Kami sudah tanyakan ke keluarga itu memang tulisan tangan korban. Surat wasiatnya sudah kami amankan," kata AKP Heri Sugiono, Rabu (30/5).
Diduga korban bunuh diri karena ada masalah keluarga.
"Keterangan kakaknya, korban sedang ada masalah keluarga. Sekarang belum waktunya pendaftaran SMA," kata Heri.
Ada kemungkinan alasan EPA gantung diri karena khawatir dirinya tiak bisa masuk salah satu SMA favorit di Kota Blitar.
Sebab, sistem penerimaan siswa baru SMA di Kota Blitar menggunakan sistem zonasi.
Sistem zonasi ini memang memprioritaskan anak yang berdomisili di Kota Blitar.
Sedangkan domisili EPA masih ikut orang tuanya di Kelurahan/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
Namun kemungkinan itu sangat kecil lantaran surat wasiat yang ditulis EPA tidak ada kata-kata akan hal tersebut.
Sehingga polisi yakin EPA bunuh diri karena masalah keluarga.
"Di surat wasiat yang ditulis korban sebelum bunuh diri juga tidak ada yang menyebutkan soal korban kecewa karena khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA favorit di Kota Blitar. Isi surat suara itu hanya permintaan maaf korban ke keluarga dan pengasuhnya," kata AKP Heri Sugiono.(*)