Jurnalis asal Rusia, Arkady Babchenko yang sebelumnya dikabarkan tewas ditembak mati di Kiev, Ukraina baru saja menyisir ruangan konferensi pers. Bersama otoritas keamanan Ukraina, mereka mengungkapkan bahwa pembunuhan Arkady sengaja disetting untuk menggagalkan rencana pembunuhan yang dicanangkan pemerintah Rusia untuk melenyapkan Arkady selamanya
Grid.ID - "Saya masih hidup," ujar Arkady (41) di hadapan seluruh wartawan yang menghadiri konferensi pers.
Pengumuman ini dirilis paska sehari otoritas keamanan Ukraina mempublikasikan kematian Arkady yang ditemukan tewas ditembak dan dibunuh di apartemennya di Kiev.
Dalam rilis kematian Arkady sebelumnya, Selasa (29/5/2018) pihak berwenang Ukraina menyebut Arkady, salah seorang jurnalis yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah Rusia ditemukan bersimbah darah setelah dihujami sejumlah peluru.
Tidak Manusiawi, Ini Sanksi yang Diberikan Donald Trump Bagi Para Imigran Gelap
Arkady dalam rilis itu juga dinyatakan tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.
Meski detil pembunuhan tersebut tidak diungkapkan secara rinci, Arkady bersama Kepala Dinas Keamanan Ukraina, Vasyl Gritsak akhirnya mengakui bahwa kematian Arkady sengaja disetting -- demi mengendus keberadaan pembunuh bayaran yang disiapkan pemerintah Rusia untuk menghabisi nyawa Arkady.
Dalam konferensi pers itu, otoritas keamanan Ukraina juga mengumumkan telah menangkap tersangka si pembunuh bayaran, Rabu (30/5/2018).
Dalam kesempatan itu, Arkady juga menyampaikan permintaan maafnya pada istri dan keluarganya sebab tak memberitahu skema 'pura-pura mati' yang ia dan pemerintah Ukraina canangkan demi melindungi keselamatan Arkady sendiri.
Sedang Berjemur, Wanita ini Dipukuli Polisi Secara Membabi Buta, Ini 4 Fakta Di Baliknya
"Aku tahu betapa memilukannya perasaan kehilangan yang dialami istri dan keluargaku. Aku minta maaf karena istri dan keluargaku harus mengalami ini sebab tidak ada cara lain," sesal Arkady.
Terlepas apapun motif di balik skema 'pura-pura mati' tersebut, kritik pedas dilayangkan kelompok advokasi jurnalis dan media Internasional, Reporters Without Borders.
Direktur Reporters Without Borders, Christophe Deloire mengungkapkan, "Kami sangat kecewa dan marah dengan manipulasi yang dilakukan dinas rahasia Ukraina. Bermain-main dengan fakta merupakan hal yang sangat berbahaya bagi sebuah pemerintahan," tulisnya di Twitter.
Dalam sebuah wawancara dengan CBS News, otoritas Reporter Without Borders juga menyatakan betapa 'menyedihkan' nya pembunuhan settingan tersebut.
"Sangat melegakan dapat mengetahui Arkady masih hidup namun kami tetap menyesalkan pihak berwenang Ukraina telah bermain dengan fakta, tak peduli apapun motif mereka," ujar otoritas Reporters Without Borders.
Si pembunuh bayaran dan teror mencekam di Ukraina
Kepala Dinas Keamanan Ukraina, Vasyl Gritsak mengungkapkan utusan Rusia yang dikirim untuk menghabisi nyawa Arkady merupakan seorang warga negara Ukraina.
Pembunuh bayaran itu dibayar sebesar 40.000 dollar.
Tak hanya itu, Gritsak juga menyebut terdapat plot yang lebih dahsyat di balik rencana pembunuhan Arkady. Yakni sejumlah tindakan teror di Ukraina yang direncanakan Dinas Keamanan Rusia.
Hal ini dilatari pengakuan si pembunuh bayaran yang akan membeli ratusan kilo bahan peledak dan 300 senapan AK-47 untuk melancarkan aksi teror tersebut.
Disebut Seratus Kali Lebih Cepat dari Jaringan 4G, Benarkah Jaringan 5G dapat Sebabkan Kanker?
Siapa Arkady Babchenko?
Arkady merupakan salah seorang wartawan kenamaan Rusia.
Ia dan keluarganya melarikan diri dari rezim Putin setelah mengetahui adanya sejumlah rencana pembunuhan yang disiapkan untuknya.
Invasi militer Rusia atas wilayah Ukraina bagian Timur di Krimea merupakan salah satu topik yang dikritisi Arkady.
Satu Juta Orang di Perancis Berhenti Merokok Tahun Lalu, Kok Bisa?
Sementara itu ini adalah kali ketiga Arkady menggagalkan rencana pembunuhan yang disiapkan rezim Putin untuknya.
Sebelumnya, Arkady nyaris menaiki helikopter yang terbang menuju Ukraina bagian Timur. Helikopter itu ditembak jatuh otoritas militer Rusia. (*)