Dickens menjelaskan hal ini karena 'ulah' kapal selam dan pesawat tempur Indonesia yang secara agresif dianggap mengancam pendaratn Interfet.
"Taktik (ancaman pendaratan) itu menimbulkan pertanyaan tentang niat militer Indonesia", katanya.
"Berbagai kapal perang Interfet juga dibayangi saat mendekati Timor-Timur."
Untuk serangan ke Jakarta Dickens juga mengungkapkan para perwira militer senior Australia mengatakan kepadanya F-111 juga disiapkan agar sewaktu-waktu dapat menyerang Jakarta untuk melumpuhkan instalasi komunikasi militer disana.
Bahkan Australia memberlakukan tingkat kesiapsiagaan tinggi selama sepuluh hari pertama selama operasi pendaratan Interfet di Timor-Timur berlangsung.
"Pemboman yang akan dilakukan F-111 adalah bagian dari keseluruhan pengerahan seluruh pasukan pertahanan Australia. Pasukan Australia sedang dalam tingkat kesiapan tertinggi saat itu, saya diberitahu oleh orang-orang yang benar-benar akan melakukannya. Itu akan menjadi proporsional. Serangan besar akan mendapat respon besar. " ujar Dickens.
BACA : Indonesia Targetkan Dapat 16 Emas di Asian Games 2018
Kapal selam Indonesia sebagai ancaman nyata untuk Australia
Dickens kemudian mengutip perkataan Admiral Peter McHaffie, Kepala Staf AL Kerajaan Selandia Baru bahwa fregat Canterbury mendeteksi 'kapal selam yang tak teridentifikasi' ketika pasukan Interfet berlayar menuju ke kota Suai, Timor-Timur.
Bahkan pada suatu waktu tiba-tiba kapal selam itu menghilang dari pantauan dan menyebabkan pesawat pemburu serta kapal perang Interfet kelimpungan melacaknya.
Tensi ketegangan kian meningkat ketika hasil referendum memutuskan Timor-Timur ingin merdeka dari Indonesia yang menyebabkan kerusuhan milisi pro-Indonesia di sana.