Dalam dua tahun terakhir harga kobalt di pasaran melonjak empat kali lipat.
Hal ini disebabkan membludaknya jumlah produksi gadget dan kendaraan transportasi.
Tentu ini memberikan keuntungan berlipat bagi negara-negara penghasil kobalt. Salah satunya Kongo.
Dua pertiga kobalt di dunia berasal dari Kongo. Namun kekayaan sumber daya alam ini tak berimbang dengan kondisi manusia dan negara yang mengalami konflik tak berkesudahan tersebut.
Pura-pura Ditembak Mati, Jurnalis Anti Rezim Putin Gagalkan Rencana Pembunuhan Dirinya
Penyakit korupsi akut membuat negara kaya ini jadi melarat.
Hal ini kian miris dengan fakta seperlima pekerja tambang kobalt, penghasil devisa terbesar di negara itu ternyata anak-anak.
Amnesty Internasional melaporkan terdapat sekitar 100 anak-anak yang bekerja di pertambangan kobalt.
Selain mengangkut kobalt, anak-anak itu juga dipekerjakan untuk mencuci dan menyortir bijih kobalt sebelum akhirnya kobalt dihaluskan dan dijual di pasaran.
Catat, Ini 4 Makanan yang Baiknya Tidak Dikonsumsi Selama Masa Kehamilan
Pekerjaan menyortir biji kobalt ini bukan tanpa aral, terlalu intens menghirup pecahan bijih kobalt dapat menyebabkan penyakit pernapasan. Bayangkan bagaimana anak-anak dibiarkan melakukan pekerjaan berbahaya itu.