Grid.ID - Razan al Najjar, Seorang perawat Palestina dilaporkan tewas setelah ditembak oleh sniper Israel.
Saat ditembak, dia masih memakai rompi medis berwarna putih.
Dalam insiden itu, Najjar sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza.
Wanita muda tersebut segera bergegas ke area berbahaya untuk menolong korban terluka.
(BACA JUGA : Kronologi Tewasnya Razan Najjar, Perawat Relawan Muda Yang Tewas Tertembak Tentara Israel saat Sedang Menolong Pasien Luka )
Niat baik Najjar rupanya mengantarkannya pada maut.
Dari seberang pagar, dua atau tiga peluru meluncur dan tepat mengenai bagian dadanya.
Tak lama setelah kejadian ini, Najjar dinyatakan meninggal dunia.
Berikut 7 fakta tentang Razan al Najjar dilansir dari berbagai sumber :
(BACA JUGA : 13 Tahun Bercerai, Seperti Apa Hubungan Mulan Jameela dan Mantan Suaminya Sekarang? )
1. Orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March
Najjar merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Return March yang dimulai bulan Maret.
Kematian Najjar merupakan satu-satunya kematian yang terdaftar pada hari Jumat.
Seorang juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa dirinya mengetahui laporan tersebut.
2. Bertugas 13 jam sehari
Najjar bergabung sebagai relawan sejak 30 Maret 2018.
(BACA JUGA : Saat Inggris Berencana Menyerang Indonesia Dengan Menghancurkan Seluruh Pangkalan Militer TNI )
Dia hampir setiap hari datang merawat warga sipil yang terluka.
Najjar bekerja sejak pukul 7 pagi hingga 8 malam, itu berarti sekitar 12 jam per hari.
Dalam sehari, Najjar mambantu untuk mengobati 70 orang terluka.
"Kami melakukan ini karena mencintai negara kami. Ini pekerjaan kemanusiaan," kata Najjar dikutip dari Times.
(BACA JUGA : Modisnya Ratu Yordania, Rania Al Abdullah Saat Acara Buka Puasa Bersama, Bisa Kamu Contek nih! )
3. Lakukan wawancara dengan Times sebelum kematian
Sebelum kematiannya, Najjar pernah melakukan wawancara dengan majalah Times pada Mei lalu.
Dalam wawancaranya itu, dia mengatakan bahwa wanita juga memiliki peran dalam masyarakat Palestina, khususnya Gaza.
"Perempuan dalam masyarakat kita dihakimi, dipandang sebelah mata. Tapi mereka harus menerima kami karena kami memiliki kekuatan yang lebih dari siapa pun," ucap Najjar.
4. Seragam 'berdarah'
Ketika bertugas menjadi relawan aksi protes di jalur Gaza, Najjar bekerja sangat total.
Menurut ibunya, Sabreen, Najjar sering tinggal di perbatasan hingga semua demonstran kembali pulang.
Seragam medis Najjar selalu dipenuhi darah saat pulang ke rumah.
Darah itu berasal dari para korban luka yang telah ditolongnya.
"Dia sering pulang dengan pakaian putih yang berubah jadi merah. Itu darah para korban yang dia tolong hari itu. Tapi merah kali ini adalah darahnya sendiri," kata Ashraf, ayah Najjar.
5. Seorang pemberani sejak kecil
Najjar merupakan putri sulung dari enam bersaudara.
Sejak masih kecil, Najjar adalah sosok yang kuat dan berani.
Saudaranya, Daila al-Najjar mengenang sosoknya sebagai teman bermain yang baik hati dan menyenangkan.
"Aku tidak percaya dia telah dibunuh. Aku sangat bangga bagaimana dedikasinya untuk negara. Dulu waktu kecil, dia sering datang ke rumah nenek dan kami bermain bersama," ungkap Dalia al-Najjar.
6. Pernyataan Najjar ke ayahnya sebelum meninggal
Najjar adalah penduduk Khuzza, sebuah desa pertanian yang terletak di perbatasan dengan Israel.
"Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Najjar.
Pernyataan itu dikatakan oleh Najjar kepada ayahnya sebelum dia meninggal dunia.
7. Pemakamannya dihadiri ribuan orang
Najjar dimakamkan pada Sabtu (2/6/2018).
Saat pemakamannya ribuan orang hadir mulai dari warga sipiil, keluarga dan kerabat, serta rekan-rekan relawan medis yang turut berjuang bersama Najjar.
Kematian najjar juga meninggalkan kesedihan bagi begitu banyak orang yang terlibat di konflik jalur Gaza. (*)