95 persen anak muda di Gaza mengalami tekanan psikologis yang teramat berat, lapor sebuah penelitian kelompok peduli anak
Grid.ID - Satu generasi anak-anak di Jalur Gaza berada di ambang krisis kesehatan mental.
"Satu generasi anak-anak di Gaza kini tengah berusaha menyeimbangkan diri dengan segala tekanan yang dapat berdampak buruk pada hidup mereka," ujar Marc Bropy, penasihat kesehatan senior di organisasi peduli anak, Save The Children, Minggu (3/6/2018).
Save The Children telah melakukan riset terhadap 150 remaja kisaran usia 14 tahun.
Manuver Mengejutkan Kim Jong Un Jelang Pertemuannya dengan Donald Trump
Mereka menemukan 95 persen anak-anak yang diwawancara memiliki gejala depresi, penyendiri, hiperaktif, serta agresif.
Banyak dari mereka tumbuh menyaksikan tiga serangan Israel periode 2008 hingga 2009, 2012 dan 2014 yang menghancurkan Gaza.
Hal ini diperparah dengan blokade Mesir-Israel yang kian memperburuk kualitas hidup di jalur Gaza.
60 persen kaum muda berstatus pengangguran, dan kemiskinan meningkat sekitar 30 hingga 50 persen.
Letusan Gunung Api Fuego di Guatemala Tewaskan Puluhan Orang, Begini Kesaksian Seorang Korban
68 persen anak-anak mengungkapkan betapa mereka mengalami kesulitan tidur dan 78 persen dari mereka mengaku phobia mendengar suara pesawat tempur.
Meski demikian, di antara tekanan hidup yang teramat, 80 persen anak-anak di Gaza sanggup secara terbuka berbicara tentang permasalahan yang mereka hadapi, tulis penelitian tersebut.
Sementara 90 persen anak-anak merasa orangtua mereka memberi dukungan penuh.
Di zona konflik macam Gaza, kehadiran keluarga merupakan satu-satunya kekuatan utama bagi anak-anak.
Kehilangan keluarga secara fisik dan psikis dapat menyebabkan kesehatan mental anak-anak terganggu. (*)