Find Us On Social Media :

Dijadwalkan Bertemu di Singapura, Benarkah Kim Jong Un Memohon Hingga Berlutut Pada Donald Trump?

By Dewi Lusmawati, Kamis, 7 Juni 2018 | 18:59 WIB

Donald Trump dan Kim Jong Un

Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati

Grid.ID- Amerika Serikat (AS) mengumumkan lokasi pertemuan Presiden Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un di Singapura 12 Juni mendatang.

Dikutip dari kompas.com, Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders berkicau di Twitter, pertemuan itu bakal dilaksanakan di Hotel Capella yang terletak di Pulau Sentosa.

"Kami berterima kasih kepada Singapura yang sudah menunjukkan keramahtamahan sebagai tuan rumah," kata Sanders dilansir AFP Selasa (5/6/2018).

Baik AS dan Korut menggelar persiapan sejak pekan sebelumnya setelah Trump mengumumkan bahwa pertemuannya dengan Kim bakal tetap digelar pada 12 Juni.

BACA: Takut dengan Rudal Korea Utara, Seorang Jutawan AS Berniat Bangun Terowongan Rahasia, Setelahnya Malah Jadi Tersangka

Keputusan itu diambil setelah dia menerima kunjungan pejabat senior Korut, Kim Yong Chol, di Gedung Putih pekan lalu (1/6/2018).

Sebelumnya Trump sempat membatalkan pertemuan karena dia menganggap Korut menunjukkan sikap tidak bersahabat pada pekan terdahulu.

Sikap tersebut antara lain, Korut menyebut Wakil Presiden Mike Pence bodoh karena berkata Korut bisa berakhir seperti Libya jika tak melakukan denuklirisasi.

Namun apa yang menyebabkan Donald Trump kembali menjadwalkan pertemuan?.

BACA: Krisis HAM di Korea Utara: Isu yang Tak Akan Pernah Dibicarakan Donald Trump dan Kim Jong Un Saat Keduanya Bertemu

Dikutip Grid.ID dari The Guardian, Mantan Walikota New York, Rudy Giuliani, menyombongkan bahwa Donald Trump telah memaksa pemimpin Korea Utara untuk memohon.

Giuliani merupakan pengacara Trump dalam penyelidikan Rusia.

Permohonan itu tak lain agar Donald Trump menjadwalkan kembali pertemuan tingkat tinggi dengan Korea Utara.

Setelah pembatalan, "Kim Jong-un kembali dengan tangan dan lututnya dan meminta (agar tak dibatalkan), yang merupakan posisi tepat yang kalian inginkan," kata Giuliani dalam konferensi bisnis di kota Tel Aviv, Israel.

Dalam wawancara dengan media, Giuliani mengatakan bahwa statementnya tak akan memperkeruh suasana.

BACA: Bikin Bangga, Seohyun SNSD Jadi Duta Unifikasi dengan Korea Utara

Guilani bahkan mengatakan bahwa Kim Jong-un harus memahami AS berada dalam posisi yang kuat.

"Ini menunjukkan bahwa presiden adalah figur yang lebih kuat," kata Giuliani.

Giuliani mengatakan Trump tidak punya pilihan lain selain membatalkan pertemuan, setelah Korea Utara menghina wakil presiden Mike Pence dan penasehat keamanan nasional John Bolton.

Tak hanya itu, Kim Jong Un juga mengancam melakukan pemusnahan nuklir AS.

BACA: Terungkap, Stasiun Kereta Bawah Tanah di Korea Utara, Berada di Kedalaman Tanah 100 Meter

“Presiden Trump tidak terima atas hinaan dan ancaman itu. Apa yang dia lakukan selanjutnya adalah membatalkan pertemuan puncak, ”kata Giuliani.

Giuliani mengatakan Kim dengan cepat mengubah posisinya.

Kim Jong Un menyatakan kesediaannya untuk mendiskusikan denuklirisasi dan meminta untuk mengadakan pertemuan lagi.

"Itu yang saya maksud dengan memohonnya," kata Giuliani.

BACA: 8 Foto Ungkap Kehidupan Asli Warga Korea Utara, Anak Kecil Dijadikan Buruh

Meski demikian, Guilani mengaku apa yang ia sampaikan adalah pendapat pribadi dan bukan bagian dari pendapat tim kebijakan luar negeri AS.(*)