"Karena masih segar jadi banyak wisatawan mancanegara yang suka makan lobster di sini. Bahkan beberapa yang mencoba di tempat lain tetapi balik lagi ke sini," tuturnya.
Diakuinya, ada beberapa hal yang membedakan kedai lobster miliknya dengan yang lain.
Selain lobster yang ada memang masih dalam keadaan segar dan baru dimasak ketika ada pesanan, juga resep rahasia yang ia sebut dengan saus timang.
Saus semacam ini diklaimnya hanya ditemukan di kedai miliknya.
"Karyawan saya saja tidak mengetahui apa itu resepnya," ujar Siswanto.
Siswanto mengatakan, meningkatnya kunjungan wisatawan ke Pantai Timang membuat kehidupannya berubah drastis.
Baca juga : 7 Aktivitas Wajib di Queenstown Selandia Baru, Ada yang Memicu Andrenalin
Padahal awalnya dirinya nelayan pemburu lobster yang biasa beroperasi di Pantai Timang yang memang terkenal dengan populasi lobsternya yang cukup tinggi.
Lalu bersama beberapa warga, Siswanto membuat gondola.
"Saya mulai berburu lobster tahun 1997, untuk pendapatan yang sangat tidak tentu," katanya.
Waktu itu lobster harus dibawa ke luar Timang ke Kota Wonosari menggunakan angkutan umum.
Dia pun harus memanggul dari Pantai Timang ke jalan utama sekitar 4 km.
Saat itu harga lobster cuma Rp 25.000 per kilogram.
Sampai akhirnya, salah seorang warga Korea yang dia sebut Nyoya Kim datang.
Baca juga : 6 Fakta Pentingnya Asuransi Perjalanan, Bekal Wajib Selama Liburan Lebaran