Grid.ID - Di Toraja yang terletak di utara Kota Makassar dengan jarak sekitar 329 km terdapat adat-adat leluhur yang menjadi upacara kematian.
Upacara itu disebut Rambu Solo.
Masyarakat Toraja menganggap orang yang meninggal adalah orang yang sakit ataupun lemah sehingga orang yang meninggal diperlakukan layaknya orang yang masih hidup, seperti diberi makan dan minuman, diajak berbicara, dan dibaringkan di tempat tidur.
Masyarakat Toraja menganggap orang yang benar-benar meninggal adalah orang-orang yang kematiannya diupacarakan.
Rambu Solo diadakan untuk menghormati yang meninggal dan mengantarkan arwahnya menuju alam roh.
Baca juga : Nasib Akhir dan Hukum Adat Pelancong Tana Toraja, Berpose Melecehkan Tempat Bersejarah
Namun nahas, dalam acara Rambu Solo yang di Tongkonan Batu, Sesean, Jumat (15/6/2018) menimbulkan korban jiwa.
Dalam acara Rambu Solo itu, rencananya jenazah Berta Kondorura akan melalui prosesi Rambu Solo sebagai bentuk pengabdian dan penghormatan kepada orang yang telah meninggal.
Saat memanggul peti jenazah ke atas panggung, anak kandung Berta Kondorura, Samen Kondorura, meninggal dunia karena tertimpa peti jenazah ibu kandungnya.
Samen Kondorura (40) adalah warga Tongkonan Batu, Lem Parinding, Sesean, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Menurut informasi yang diunggah oleh akun instagram Ndorobeii, prosesi pemakaman ibunya dimulai pada pukul pukul 13.00 WITA.
Baca juga : Desa Adat Hanya Dihuni oleh Wanita dan Anak-anak, Fakta Sejarah Mengungkap Penyebabnya
Beberapa orang pria termasuk Samen hendak memindahkan peti jenazah ke atas Lakkean.
Rencananya hari Sabtu (16/6/2018) akan ada prosesi menerima tamu.
Saat dinaikkan ke atas Lakkean tiba-tiba tangga Lakkean bergeser, sontak mereka terjatuh dan peti jenazah menimpa kepala korban.
Dari informasi yang didapat, korban sempat dilarikan ke rumah sakit Elim Rantepao namun menurut nyawanya tak dapat tertolong. (*)