GRID.ID – Di usia anak-anak, sudah semestinya menikmati masa kecil dengan bermain bersama teman sebayanya.
Misalnya, bermain masak-masakan di halaman belakang atau main bola di lapangan dekat rumah.
Namun terbalik dengan apa yang dialami Haura.
Haura (4) adalah seorang bocah perempuan yang justru menjadi obyek cemoohan di desanya.
BACA So Sweet, Kali Ini Agnez Mo Unggah Video Bersama Chris Brown
Ia berasal dari Irak, sekitar 200 kilometer bagian selatan dari Baghdad.
Kondisi kulit yang menimpa dirinyalah yang membuat ia dijauhi teman-temannya.
Kondisi kulit ini menyerupai tanda hitam yang disertai rambut dan merupakan kondisi kulit bawaan yang langka.
Ini menutup hampir sebagian besar tubuh bagian atas.
BACA “Ini Sangat Baik Untuk Kesehatan Mental Saya” Simon Cowell Ungkap Tak Gunakan Ponsel Selama 10 Bulan
Setiap hari, orang tuanya harus memakaikannya baju lengan panjang dan kerah yang tinggi dengan harapan tak ada yang mengejek anaknya.
Sayang, kondisi kulit ini sampai ke bagian leher sehingga ia tetap menjadi bahan tawa dan ejekan.
“Dalam dua tahun terakhir, dia harus pergi ke sekolah dan ini yang membuat kami benar-benar takut,” jelas ibunya.
Dari sumber asiaone, diketahui tanda lahir ini membuatnya sangat rentan terhadap melanoma ganas, kanker kulit paling berbahaya.
Seorang dokter kulit di daerahnya menyarankan agar ia melakukan cangkok kulit dan laser.
Namun, dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan, keluarga Haura tak mampu melakukan ini.
Bahkan, beberapa dokter di Irak mengatakan agar mereka harus pergi ke pusat spesialis di luar negeri.
BACA Kecanduan Main Game Merupakan Gangguan Kesehatan Mental, Begini Menurut WHO
Kondisi Haura semakin parah jika musim panas tiba karena terjadi iritasi dan gatal.
Ayah Haura sudah tua, sedang sakit dan tak punya pekerjaan, sedangkan 4 saudaranya sedang bersekolah.
Keadaan ini yang membuat mereka tak mampu untuk mengobati Haura yang menderita kondisi kulit seperti ini.
Banyak anak-anak yang menghindarinya ketika ia sedang berjalan, bahkan para tetangga menertawakannya.
Jadi, ketika saudara-saudaranya pergi ke sekolah, Haura hanya duduk dan bermain sendiri.
Lebih sedih lagi, kadang ia melihat ke cermin, mendekat, dan merasa hanya mata cokelat dan wajahnya yang tampak cantik. (*)