Grid.ID - Pada hari Rabu (20/06/2018), Presiden Donald Trump menandatangani sebuah perintah eksekutif untuk menghentikan pemisahan keluarga di perbatasan.
Hal ini berlangsung hanya beberapa minggu setelah kebijakan zero tolerance atau toleransi nol yang memisahkan ribuan anak-anak migran dari orangtua mereka diberlakukan.
"Ini untuk menjaga kebersamaan keluarga, sementara itu pada saat yang sama kita tetap memastikan bahwa kita memiliki perbatasan yang sangat kuat", kata Trump kepada wartawan setelah menandatangani perintah di Oval Office.
"Kami akan menjaga keutuhan keluarga agar tetap bersama. Aku tidak suka melihat pemandangan keluarga yang terpisah", tandasnya.
Beberapa waktu yang lalu, Donald Trump membuat sebuah kebijakan baru dalam pemerintahannya untuk menuntut semua imigran dewasa yang tertangkap menyeberangi perbatasan secara ilegal.
BACA JUGA Baim Wong Ceritakan Proses Pernikahan Dengan Paula Verhoeven
Dalam tuntutan tersebut, para orang dewasa (orangtua) dipisahkan dari anak-anak mereka yang saat itu bepergian dengan mereka.
Perintah itu juga mengarahkan Jaksa Agung Jeff Sessions untuk berusaha mengubah perjanjian 1997 yang dikenal dengan 'The Flores Settlement', di mana pihak berwenang dilarang untuk menahan anak-anak imigran selama lebih dari 20 hari.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kebijakan toleransi nol setelah Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menghentikan pemisahan keluarga?
Seperti yang dikutip dari laman Insider pada Kamis (21/06/2018), kebijakan toleransi nol masih akan tetap berlaku.
Jadi, jika The Florest Settlement berhasil diubah, kebijakan itu akan berganti menjadi penahanan keluarga yang tertangkap menyeberangi perbatasan secara ilegal.
BACA JUGA Begini Gaya Santai Cuek Miley Cyrus dengan Kaus Oblong dan Hotpants Jeans
Sejauh ini, kebijakan toleransi nol itu telah memisahkan lebih dari 2.300 anak-anak migran dari orangtua mereka.
Salah satunya adalah Orantes dengan Abel yang yang ditahan setelah permohonan pengajuan suaka nya ditolak.
Cerita tentang orangtua yang hancur dan anak-anak yang mengalami trauma telah menyebar luas ke seluruh media nasional Amerika selama berminggu-minggu.
Hal ini menyebabkan kemarahan publik di seluruh spektrum politik.
Pada hari Rabu (20/06/2018), Trump memberikan cuitannya di Twitter terkait kebijakan zero tolerance ini.
Di dalam cuitan itu, Trump terlihat menyalahkan Demokrat karena menolak memberikan dukungan terhadap undang-undang Republik yang dirancang untuk menjaga keutuhan keluarga yang ditahan setelah mereka ditangkap di perbatasan.
"Ini adalah kesalahan Partai Demokrat, mereka tidak akan memberi kita suara yang diperlukan untuk meloloskan undang-undang imigrasi yang baik", katanya dalam cuitan di akun Twitternya.
Sejauh ini, semakin banyak kritikus yang telah mencatat bahwa pemerintahan Trump kerap kali menerapkan kebijakan secara sepihak.
Hingga kini, masih belum ada kejelasan atas apa yang akan terjadi pada keluarga yang sudah terpisah setelah Trump menandatangani perintah ini. (*)