Laporan Wartawan Grid.ID, Linda Fitria C
Grid.ID - Perilaku narsistik, pernah kah kamu berpikir jika gangguan ini bisa menyerang anak-anak?
Ya, mungkin sebagian dari kita lebih sering menemukan hal ini terjadi pada orang-orang dewasa.
Padahal, kepribadian narsistik juga bisa dijumpai pada anak-anak loh.
Dan tentunya gangguan ini tidak baik dan harus diatasi.
(BACA JUGA : Victoria Beckham Tampil Super Chic dengan Gaya Double Denim Look, Lihat Penampilannya yuk!)
Tapi, apa sih gangguan narsistik itu?
Dikutip dari Mom Junction, narsistik adalah gangguan yang membuat seseorang sangat mencintai dirinya sendiri.
Mereka mengagumi diri sendiri dan menganggap kepentingan individu sebagai yang utama.
Anak menjadi lebih superior dan kerap abai pada perasaan orang lain.
Bagi mereka, orang lain harus memperlakukannya lebih baik daripada orang lain.
(BACA JUGA : Lagi, Kapal Motor Kecelakaan di Perairan Danau Toba, 1 Orang Belum Ditemukan)
Ciri-ciri dari sifat narsistik pada anak meliputi :
- Tingkat kepercayaan diri yang terlalu tinggi.
- Anak merasa berhak atas semua yang mereka inginkan.
- Mereka benci saat orang lain mendapatkan yang lebih baik dari miliknya.
- Mengharap pernghormatan dan pujian yang luar biasa.
(BACA JUGA : Dinyinyirin karena Belum Hamil, Shandy Aulia Bilang Netizen Tak Sopan)
- Mengabaikan perasaan dan kebutuhan orang lain.
- Arogansi tinggi dan iri pada pencapaian orang lain.
Lantas apa sih penyebab kepribadian narsistik ini?
Menurut Mom Junction, belum ada penyebab pasti dari gangguan ini.
Namun, ada beberapa faktor yang dianggap berpeluang menghasilkan kondisi mental narsistik.
1. Berlebihan memanjakan anak dari kecil membuat mereka merasa apapun keinginannya bisa terpenuhi.
(BACA JUGA : Jarang Terekpos, Putra Tunggal Shareefa Daanish Sering Tampil Nyentrik Seperti Ibunya)
2. Orang tua narsistik dapat memengaruhi anak karena mereka mencontoh perilaku ayah dan ibu.
3. Terlalu banyak kritik negatif membuat anak merasa rendah diri dan meningkatkan narsisme sebagai pertahanan.
4. Anak dari keluarga yang bercerai sering merasa tidak dicintai, sehingga mereka berupaya mencintai diri sendiri sebagai sumber pertahanan.(*)