Menurut laporan 2011 dari kasus serupa, cacing D. repens hidup di jaringan bawah kulit yang penyebarannya disebabkan oleh nyamuk.
Umumnya, manusia tidak menjadi inang D. repens. Namun bila menginfeksi manusia, infeksi parasit akan muncul sebagai benjolan di bawah kulit yang dapat bergerak.
Namun bukan wanita itu yang mengalami infeksi ini pertama kali.
Kasus serupa ada pada 2011 lalu, dilaporkan beberapa orang Eropa, Asia dan Afrika mengalami kasus serupa.
Dr Vladimir Kartashev, profesor kedokteran di Universitas Kedokteran Rostov, Rusia, yang merawat perempuan itu mengatakan kasus serupa sudah ada sejak lama.
"Sejak tahun 1997, ada lebih dari 4.000 kasus infeksi parasit pada manusia di Rusia dan Ukraina. Kasus serupa semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir," kata Kartashev dilansir Live Science, Rabu (20/6).
Dalam studi tahun 2015 yang dibuat Kartashev dan rekannya, hanya ada delapan orang yang mengalami infeksi ini pada 1997. Namun pada 2012 tercatat ada 200 kasus. Meski kondisi ini mengerikan dan menggelikan, perawatan infeksi relatif sederhana, yakni dengan melakukan operasi.
Hal yang sama juga dilakukan perempuan Rusia itu, dan kini ia sedang dalam tahap pemulihan.(*)