Find Us On Social Media :

Seram, Ada Cacing Kelayapan di Dalam Kulit Wajah Seorang Wanita

By Seto Ajinugroho, Sabtu, 23 Juni 2018 | 15:09 WIB

Korban saat mengabadikan cacing didalam kulitnya

Grid.ID - Seorang wanita asal Rusia yang tidak disebutkan namanya benar-benar dibuat ketakutan.

Ia menyadari bahwa ada benjolan kecil dibawah mata kirinya dan mengabadikan benjolan tersebut melalui foto selfie.

Namun bukannya menghilang, benjolan itu malah bergerak berpindah tempat.

Lima hari setelahnya, benjolan malah berpindah dari bagian bawah ke atas mata kiri.

Belum selesai sampai situ, sepuluh hari kemudian benjolan berpindah ke bibir.

Setelah dua kali benjolan berpindah tempat, wanita berusia 32 tahun tersebut langsung memeriksakan dirinya ke dokter.

Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan, ia mengalami infeksi cacing parasit Dirofilaria repens.

Dalam laporan kasus yang diterbitkan di The New England Journal of Medicine, Rabu (20/6/18), cacing D. repens yang berbentuk seperti benang.

Umumnya cacing ini menginfeksi anjing, kucing, rubah, dan mamalia liar.

Tapi dokter masih bingung kenapa cacing ini bisa sampai di bawah lkulit wajah wanita itu.

Usut punya usut, korban ternyata pernah pergi ke daerah pedesaan luar Moskow.

Disana ia sering digigit nyamuk sampai mendapatkan benjolan-benjolan di tubuhnya.

Menurut laporan 2011 dari kasus serupa, cacing D. repens hidup di jaringan bawah kulit yang penyebarannya disebabkan oleh nyamuk.

Umumnya, manusia tidak menjadi inang D. repens. Namun bila menginfeksi manusia, infeksi parasit akan muncul sebagai benjolan di bawah kulit yang dapat bergerak.

Namun bukan wanita itu yang mengalami infeksi ini pertama kali.

Kasus serupa ada pada 2011 lalu, dilaporkan beberapa orang Eropa, Asia dan Afrika mengalami kasus serupa.

Dr Vladimir Kartashev, profesor kedokteran di Universitas Kedokteran Rostov, Rusia, yang merawat perempuan itu mengatakan kasus serupa sudah ada sejak lama.

"Sejak tahun 1997, ada lebih dari 4.000 kasus infeksi parasit pada manusia di Rusia dan Ukraina. Kasus serupa semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir," kata Kartashev dilansir Live Science, Rabu (20/6).

Dalam studi tahun 2015 yang dibuat Kartashev dan rekannya, hanya ada delapan orang yang mengalami infeksi ini pada 1997. Namun pada 2012 tercatat ada 200 kasus. Meski kondisi ini mengerikan dan menggelikan, perawatan infeksi relatif sederhana, yakni dengan melakukan operasi.

Hal yang sama juga dilakukan perempuan Rusia itu, dan kini ia sedang dalam tahap pemulihan.(*)