Grid.ID - Banjir bandang Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jumat (22/6/2018).
Air dan lumpur terlihat masuk ke rumah warga yang berada di bantaran Sungai Badeng.
Lama kelamaan, air bercampur lumpur mulai masuk dan kian membesar.
Menurut warga setempat mengatakan, air mulai terlihat masuk ke kampung sekitar pukul 09.00 pagi.
Banjir itu mulai surut pada sekitar pukul 11.00 WIB, Jumat siang.
Baca juga : Nahkoda KMP Sumut II Beberkan Alasan Tak Menolong Korban Tenggelamnya Kapal Sinar Bangun
Inilah 5 fakta banjir bandang di Banyuwangi yang dirangkum Grid.ID.
1. Status tanggap darurat bencana
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menetapkan status darurat bencana tujuh hari pasca banjir bandang yang menerjang ratusan rumah di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jumat (22/6/2018).
Hal tersebut diungkapkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat datang dilokasi bencana banjir bandang, Sabtu (23/6/2018).
"Kami sudah tetapkan status darurat bencana tujuh hari ke depan dan saya sudah tandatangan Surat Pernyataan Tanggap Darurat untuk mempercepat penanganan, sehingga dana untuk penanganan APBD lewat anggaran belanja tidak terduga bisa segera dioptimalkan," jelas Anas.
"Kita sekarang fokus untuk membersihkan lumpur di rumah-rumah warga dan membuka akses jalan provinsi. Dapur umum setiap harinya menyediakan hampir 4.500 nasi bungkus untuk warga yang terdampak," jelas Muhammad Lutfi, camat Singojuruh.
Baca juga : 10 Tokoh Bangsa Indonesia Lahir di Bulan Juni, Presiden Hingga Pahlawan Nasional
2. Jumlah korban banjir bandang
Menurut data BPBD Banyuwangi ada 549 kepala keluarga yang terdampak dan berada di desa Alasmalang tersebar di empat dusun yaitu Karangasem, Bangunrejo, Garit, dan Wonorekso.
3. Rumah yang rusak
Data sementara dari BNPB yang dikutip dari Tribun Jatim, sebanyak ratusan rumah rusak dengan rincian 43 rumah rusak sangat parah, 139 rusak parah, 307 rumah rusak sedang dan 60 rumah rusak ringan.
Diperkirakan jumlah kerusakan bertambah mengingat banjir bandang meninggalkan lumpur setinggi 1 meter menerjang permukiman.
Baca juga : Film Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak Tayang di Amerika Serikat, Pemainnya Raih Penghargaan
3. Terjadi dua kali di musim kemarau
Banjir bandang akibat luapan Sungai Badeng telah terjadi 2 kali sepanjang tahun ini.
Banjir pertama terjadi pada 15 Mei 2018 lalu.
4. Jalanan utama terisolasi
Tak hanya merusak rumah, akses jalan dari Banyuwangi menuju Jember melalui Gambor ditutup akibat jalan tertutup lumpur setebal 50 centimeter.
Baca juga : Hanya karena Curi Makanan, Seorang Pria Tega Seret Seekor Kucing dengan Motornya
5. Pemicu banjir
BPBD Banyuwangi menyebut, banjir diakibatkan adanya gerakan tanah (sleding) di lereng Gunung Raung sisi Banyuwangi.
Gerakan tanah tersebut mengakibatkan sejumlah material vulkanik Gunung Raung yang mengendap ribuan tahun terangkat.
"Ini merupakan aktivitas dari Gunung Raung. Hujan deras yang mengguyur Lereng Gunung Raung membuat endapan material vulkanik tersebut longsor. Akibatnya pohon-pohon yang ada di lereng Gunung Raung juga terseret aliran banjir," kata Bupati Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Abdullah Azwar Anas.
Baca juga : Muncul Aliran Air Banjiri Lantai Sebuah Mall Mewah di Jakarta, Ternyata ini Penyebabnya
Hulu aliran sungai kali Badeng berasal dari wilayah Kecamatan Songgon.
Di wilayah tersebut, hujan deras sejak dua hari terakhir.
"Ada longsoran dan hujan membawa material tersebut. Banyak batang kayu besar yang tersangkut di bawah jembatan jadi air meluap," kata BPBD Banyuwangi. (*)
Baca juga : Tradisi Sambut Lebaran di Banyuwangi, Warganya Rela Saweran Hingga Puluhan Juta