Disana ia ditunjuk sebagai komandan kompi pengamanan rumah persitirahatan O Jin U, mantan menteri angkatan bersenjata Kim Jong-il.
Sesudahnya, Hyon menyelesaikan pelatihan komandan batalion di Akademi Militer Taechon dan bertugas sebagai komandan departemen pelayanan garis belakan AD Korut.
Setelah naik pangkat sebagai kolonel, dia kemudian menjadi kepala unit inspeksi khususnya di bagian pasokan bahan bakar.
Eksekusi mati terhadap pria dengan karier militer yang cemerlang ini disebabkan tuduhan penyalahgunaan wewenang, menguntungkan musuh, dan perbuatan anti-partai.
BACA : 8 Tempat Paling Dingin di Bumi, Luar Biasa Beku!
"Saat memeriksa pasokan bahan bakar di stasiun peluncuran satelit Sohae pada 10 April lalu, Hyon mengatakan kami tak perlu lagi menderita dan mengencangkan ikat pinggang untuk membuat roket atau senjata nuklir," ujar sang sumber.
"Pernyataan ini dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang dan sebuah pernyataan pengkhiatanan yang menentang kebijakan Partai yang mengutamakan milter," tambah dia.
Sumber itu melanjutkan, Hyon kemudian memerintahkan untuk mengirim 1 ton bahan bakar, 580 kilogram beras, dan 750 kilogram jagung untuk para perwira yang bertugas di stasiun peluncuran satelit itu. "Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap 10 prinsip penegakan sistem satu ideologi partai," lanjut sang sumber.
Hyon kemudian ditahan karena dianggap gagal merahasiakan urusan partai, militer, dan institusi pemerintah.
Dia juga menunjukkan kemurahan hati dengan mengirimkan bahan makanan dan bahan bakar di luar jatah yang sudah ditetapkan, dan salah memahami ideologi partai.
Saat menerima laporan akan perbuatan Hyon, Kim Jong Un murka.
"Mengidolakan seorang perwira korup di angkatan bersenjata merupakan racun bagi ideologi. Kita harus menyingkirkan racun ideologi itu," kata para sumber itu menirukan ucapan Kim Jong Un.
Hyon kemudian diadili dan dibawa ke Akademi Militer Kang Kon.
Disana riwayatnya berakhir ditembak mati dengan 90 peluru bersarang di tubuhnya.(*)