Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati
Grid.ID- Misteri keberadaan KM Sinar Bangun yang karam di perairan danau Toba telah memunculkan banyak spekulasi masyarakat.
KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara, pada Senin 18 Juni 2018 lalu.
Bahkan belakangan, sebuah foto hoaks bangkai kapal KM Sinar Bangun beredar di dunia maya.
Hal ini seperti dikutip Grid.ID dari akun Twitter Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho @Sutopo_PN mengunggah sebuah postingan pada 25 Juni 2018.
"Beredar foto KM Sinar Bangun di dasar Danau Toba. Foto ini Hoax. Foto editan. Hingga saat ini bangkai kapal belum ditemukan secara pasti. Apalagi difoto di dasar danau. Kedalaman dasar Danau Toba 490 m, kondisi gelap, dingin dan belum ada alat/penyelam hingga di dasar danau," tulis @Sutopo_PN dalam unggahannya.
Beredarnya foto hoaks tentang bangkai KM Sinar Bangun yang ditemukan di dasar Danau Toba membuat Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho berang.
BACA JUGA: 6 Fakta Penting Danau Toba, Salah Satunya Legenda Muasal Suku Batak
Dikutip dari Kompas.com, di grup Whatsapp Medkom Bencana 4 yang diikuti Kompas.com, Sutopo menegaskan bahwa foto bangkai KM Sinar Bangun itu adalah hoaks atau palsu.
"Sudah saya bilang hoaks fotonya. Masih juga ngeyel. Pakai logika saja, tidak mungkin bisa foto di kedalaman 490 meter. Kecuali pakai kapal selam riset Shinkai milik Jepang," kata Sutopo, Selasa (26/6/2018).
Dia lalu menjelaskan, kegelapan di perairan dalam semakin bertambah seiring kedalaman laut atau danau.
Keadaan gelap dan pekat yang mendominasi dimulai pada kedalaman lebih dari 200 meter.
Situasi ini diikuti dengan penurunan suhu yang memisahkan antara air permukaan yang hangat dan air kedalaman yang dingin.
Dikutip dari Tribun Medan, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mulai menurunkan alat canggih dalam pencarian bangkai KM Sinar Bangun.
BACA JUGA: Beredar Foto KM Sinar Bangun Masih Utuh di Dasar Danau Toba, Hoaks atau Asli?
Sejumlah peralatan seperti Multi Beam Echo Sounder digunakan untuk memetakan kondisi di dasar Danau Toba.
Adapula Remotely Operated Vehicle (ROV) atau robot di bawah air ditujukan untuk memastikan indikasi bangkai kapal dengan cara menangkap visual objek yang ditemukan secara langsung.
Berdasarkan unggahan akun Twitter resmi Humas Basarnas pada 26 Juni 2018, robot ROV ini diketahui bisa digunakan hingga kedalaman 1000 meter.
"Pemasangan remoted underwater operated vehicle (rov) yg dpt digunakan hingga kedalaman 1000meter..pencarian km sinar bangun ini dipimpin langsung oleh kepala basarnas..mohon doanya agar km sinar bangun bisa segera ditemuakan..avignam jagat samagram," tulis @humas_basarnas.
Hari pertama pencarian bangkai kapal menggunakan ROV pada Rabu (27/06/2018), robot tersebut beroperasi dengan baik hingga kedalaman 450 meter.
ROV bahkan mencapai dasar danau di sekitar lokasi yang diduga jadi tempat karamnya kapal.
Meski demikian, ROV belum menemukan langsung objek yang diperkirakan sebagai KM Sinar Bangun.
Operasi hari pertama dipimpin langsung Kepala BASARNAS Marsekal Madya Saugy dan didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL, BMKG, PT. PADI, dan PT MGS.
Memasuki hari kedua, Kamis (28/6/2018) pencarian lokasi KM Sinar Bangun, robot di bawah air berhasil mendapatkan visual sosok jenazah yang diduga merupakan korban kapal tenggelam.
Hal ini diungkapkan oleh sumber Tribun Medan.
Dia membenarkan bahwa visual yang diambil dari dasar perairan itu merupakan foto yang diambil dari robot ROV dari dasar danau di kedalaman 450 meter.
Terlihat dalam foto yang beredar di grup whatsapp, mayat diduga korban kapal tenggelam tampak tidur terlentang di dasar danau.
Bagian kakinya tampak terlihat jelas.
Dalam data foto, kedalaman robot penyelam mengambil gambar berada di posisi 454,7 meter.
Jika benar posisi kapal tenggelam sudah dipetakan dan visual pun sudah diperoleh, dengan demikian Basarnas tinggal memaksimalkan usaha untuk menanggkat bangkai kapal dan korban tenggelam.
Dimana upaya pengangkatan ini sudah dinantikan keluarga korban yang menunggu jenazah anggota keluarganya untuk dimakamkan secara layak.(*)