Namun, jika ada suplai magma dengan energi lebih besar dan bisa menerobos lapisan atas, itulah yang menyebabkan terjadinya ledakan.
"Saat terjadi tekanan dengan energi lebih besar dari bawah, saat itulah terjadi strombolian. Jadi, faktor tekanan magma dari bawah sangat berperan", kata Devy.
BACA JUGA Biar Nggak Gerah, Coba deh 4 Tips Tidur Nyenyak Saat Cuaca Panas
Sebelum terjadi letusan strombolian, penurunan temperatur secara signifikan memang sudah terjadi di Gunung Agung.
Pada Senin pagi, temperatur kawah gunung terpantau mencapai 58 megawatt.
Kemudian, pada sore hari menjelang letusan strombolian, suhu terpantau menurun menjadi 30 megawatt.
Akibat dari letusan ini, hutan-hutan di sekitar Gunung Agung mengalami kebakaran.
BACA JUGA Penampilan Prilly Latuconsina Dipuji Habis-habisan Saat Pamer Wajah Tanpa Makeup, Seperti Apa ya?
Menurut pengamatan PVMBG, lava dan batu pijar terlontar ke segala arah dengan jarak bervariatif.
Mulai dari 500 meter hingga 2000 meter dari kawah Gunung Agung.
Kondisi ini diprediksi masih akan terus terjadi.
Kedepannya, Gunung Agung masih akan mengalami erupsi efusif berupa aliran lava di permukaan dan eksposif berupa lontaran lava dan batu pijar, dikutip Grid.ID dari Tribun Bali (3/7/2018).\