Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi C
Grid.ID - Pada Senin (2/7/2018) Gunung Agung kembali mengeluarkan letusan.
Letusan Gunung Agung kali ini bertipe strombolian.
Apa itu letusan strombolian?
BACA JUGA Chacha Frederica Ogah Bahas Kembali Pelayanan Rumah Sakit yang Buat DIrinya Kecewa
Letusan strombolian merupakan jenis letusan yang disertai dengan lava pijar.
Biasanya, letusan jenis ini terjadi pada gunung api yang masih aktif.
Nama Strombolian sendiri diambil dari letusan gunung berapi Stromboli di Italia.
Dikutip Grid.ID dari Kompas pada Selasa (3/7/2018), Kasubid Mitigasi Bencana Geologi Indonesia Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG), Devy Kamil Syahbana, mengatakan kondisi temperatur lava di permukaan menjadi salah satu pemicu terjadinya letusan strombolian.
BACA JUGA Dhawiya Terlihat Ceria Sembari Menunggu Giliran Sidang
Jika terus mengalami penurunan temperatur, maka lava akan mengeras.
Selanjutnya, jika ada suplai magma baru yang tidak bisa menembus lapisan lava di permukaan, lava itu akan ikut menumpuk di bawah lava permukaan.
Namun, jika ada suplai magma dengan energi lebih besar dan bisa menerobos lapisan atas, itulah yang menyebabkan terjadinya ledakan.
"Saat terjadi tekanan dengan energi lebih besar dari bawah, saat itulah terjadi strombolian. Jadi, faktor tekanan magma dari bawah sangat berperan", kata Devy.
BACA JUGA Biar Nggak Gerah, Coba deh 4 Tips Tidur Nyenyak Saat Cuaca Panas
Sebelum terjadi letusan strombolian, penurunan temperatur secara signifikan memang sudah terjadi di Gunung Agung.
Pada Senin pagi, temperatur kawah gunung terpantau mencapai 58 megawatt.
Kemudian, pada sore hari menjelang letusan strombolian, suhu terpantau menurun menjadi 30 megawatt.
Akibat dari letusan ini, hutan-hutan di sekitar Gunung Agung mengalami kebakaran.
BACA JUGA Penampilan Prilly Latuconsina Dipuji Habis-habisan Saat Pamer Wajah Tanpa Makeup, Seperti Apa ya?
Menurut pengamatan PVMBG, lava dan batu pijar terlontar ke segala arah dengan jarak bervariatif.
Mulai dari 500 meter hingga 2000 meter dari kawah Gunung Agung.
Kondisi ini diprediksi masih akan terus terjadi.
Kedepannya, Gunung Agung masih akan mengalami erupsi efusif berupa aliran lava di permukaan dan eksposif berupa lontaran lava dan batu pijar, dikutip Grid.ID dari Tribun Bali (3/7/2018).\
BACA JUGA 8 Kebiasaan Sehari-hari Ini Ternyata Bikin Rambutmu Mudah Bercabang
Menurut Devy, untuk saat ini belum ada kemungkinan akan munculnya awan panas dikarenakan amplitudo seismik (kehempaan) tidak mengalami peningkatan yang berarti.
Namun, dalam beberapa hari ke depan, letusan stromblian masih akan terjadi yang disertai dengan dentuman.
Devy juga menghimbau masyarakat agar tidak mendaki Gunung Agung selama PVMBG masih menetapkan status siaga.
Selain itu, masyarakat juga tidak boleh melakukan aktivitas dengan jarak 4 kilometer dari kawah Gunung Agung.
BACA JUGA Nikita Mirzani Berencana Pergi Liburan ke Australia
"Gunung ini masih siaga. Masih memiliki kemungkinan erupsi yang tinggi. Letusan seperti ini memang tidak terus terjadi, kadang kita lengah dan tiba-tiba strombolian seperti saat ini", ungkap Devy Kamil. (*)