Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati
Grid.ID- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali keluarkan pernyataan kontroversial.
Setelah sebelumnya menerapkan peraturan keras terhadap para imigran yang masuk ke negaranya, kini ia menantang sejumlah negara.
Ia mengancam akan melakukan peperangan dengan negara-negara Eropa dan Tiongkok terkait kebijakan perekonomian.
Rupanya, ancaman yang sama juga dilayangkan pada Indonesia.
Hal ini seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita berkomentar terkait ancaman perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Indonesia.
Trump mengancam bakal mengenakan tarif ke-124 pada produk asal Indonesia menyusul defisit yang terjadi pada AS dalam hubungan dagang dengan Indonesia.
BACA JUGA: Walikota Sheffield, Inggris Sebut 5 Alasan Mengapa Donald Trump adalah Pria Tidak Berguna
Enggartiasto mengakui bahwa kini Pemerintah AS sedang mengevaluasi keberadaan generalized system of preference (GSP) yang diberikan ke produk-produk asal Indonesia.
"Ya GSP-nya itu, kita termasuk dalam negara yang memiliki surplus besar, makanya kami juga sudah kirim surat dan kami sudah menyampaikan mengenai yang pasti ada perbedaan angka dulu, bagaimana menghitungnya, jumlah defisit mereka dengan surplus kita berbeda angkanya," ujar Enggar di Gedung Kemendag, Jakarta, Kamis (5/7/2018).
Enggar meyakini bahwa berdasarkan hitungan yang dilakukannya surplus Indonesia bukan berasal dari daftar bea masuk untuk dikenakan.
Untuk itu, pendekatan dan lobi digunakan Kemendag untuk menyampaikan hal tersebut.
Enggar juga menambahkan, Duta Besar Indonesia di AS pun telah diminta untuk membantu Kemendag.
"Dubes kita di Amerika juga menyampaikan pendekatan dan saya sendiri melakukan komunikasi dengan Amerika untuk meyakinkan, sebab pada dasarnya kita tidak setuju dengan perang dagang karena semua pihak akan dirugikan, kita lebih senang kolaborasi," tutur Enggar.
BACA JUGA: Viral, Seorang Pemuda India Memuja Donald Trump Sebagai Dewa
Meski demikian, Enggar menegaskan, Pemerintah Indonesia tak segan mengambil tindakan jika Trump tetap dengan ancamannya.
"Tetapi, kalau kita dapat tekanan, maka hal itu (perang dagang) bisa kita lakukan. Sama halnya dengan AS dan China. Imbasnya akan berdampak di seluruh dunia," sambung Enggar.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai melayangkan peringatan kepada Indonesia karena jumlah ekspor ke AS lebih tinggi dibanding jumlah ekspor AS ke Indonesia.
Hal ini diungkapkan Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia ( Apindo) Sofjan Wanandi saat acara halal bihalal di kantor Apindo, Kamis (5/7/2018) malam.
"Dia (Trump) sudah kasih kita warning bahwa ekspor kita lebih banyak pada dia dan kita harus bicara pada dia mengenai beberapa aturan-aturan di mana dia memiliki special tariff placement yang dia mau cabut. Itu terutama di bidang tekstil dan lain-lain," kata Sofjan di hadapan pengurus Apindo.
Sebelumnya, Donald Trump sempat melakukan serangan serius terhadap kebijakan perdagangan dunia.
Seperti dikutip dari Tribunnews, Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi menetapkan kenaikan tarif bea masuk impor baja dan alumunium, Kamis (08/03) waktu setempat.
Penandatanganan itu dilakukan di Gedung Putih dan disaksikan sejumlah pekerja dari dua industri tersebut.
Tiongkok menyebut kebijakan itu adalah serangan serius bagi perdagangan dunia yang memicu perang dagang.
Aturan yang diteken Trump itu berlaku untuk seluruh negara, kecuali Kanada dan Meksiko yang sedang bernegoisasi dengan AS terkait Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara NAFTA.
"Pemerintah AS akan berlaku sangat adil. Kami akan bertindak fleksibel," kata Trump kemarin.
Trump yakin tarif baru itu akan menggenjot industri dalam negeri AS yang selama ini disebutnya menderita akibat ketimpangan perdagangan.
BACA JUGA: Pakar Bahasa Tubuh Ungkap Sikap Melania Trump Saat Dampingi Donald Trump
Tarif tersebut berlaku 23 Maret 2018.
Produk baja yang masuk ke AS akan dikenakan tarif sebesar 25%, sedangkan produk alumunium sebesar 10%.
Merujuk data Kementerian Perdagangan AS, pengimpor alumunium terbesar ke negara Paman Sam adalah Kanada dan Uni Eropa, disusul Korea Selatan, Meksiko, dan Brasil, berada di peringkat selanjutnya.
Adapun Tiongkok dan Rusia merupakan pengekspor alumunium terbesar ke-8 dan ke-9 ke AS.
Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Cecilia Malmstroem, menyebut sebagai sekutu dekat negara-negara Uni Eropa harus dikecualikan dari kebijakan itu.
Korea Selatan berencana membawa masalah itu ke forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Sementara itu, asosiasi pengusaha baja dan alumunium di Tiongkok mendesak pemerintah mereka menyiapkan kebijakan balasan melalui retaliasi atas barang impor AS, antara lain batu bara, produk pertanian dan elektronik.
Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, menyebut AS dan negaranya sepatutnya menjadi mitra, bukan musuh dalam perdagangan.
Perang dagang yang muncul akibat kebijakan Trump ini, menurut Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde, tidak akan menguntungkan pihak manapun.
Lagarde berkata, perang dagang itu justru berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi global.
Trump mengklaim kebijakan ini untuk melindungi pekerja dalam negerinya.
Pada saat kampanye pilpres tahun 2016, Trump berjanji akan mengembalikan kejayaan industri baja dan alumunium AS.
BACA JUGA: Akibat Kebijakan 'Zero Tolerance' Donald Trump, Ratusan Anak Tidur Berselimut Alumunium Foil
Namun kebijakan Trump ini dinilai sejumlah pihak kental nuansa politik.
Trump disebut sekadar ingin membalas jasa para pekerja kerah biru di beberapa negara bagian, salah satunya Pennsylvania, yang mengalihkan dukungan dari Partai Demokrat ke Republik.
Kebijakan Presiden Donald Trump kali ini bahkan ditentang oleh begitu banyak politikus Partai Republik, termasuk Ketua DPR Paul Ryan.(*)