Mitos Kedua : Wanita hanya melakukan histrektomi ketika didiagnosis menderita kanker rahim
Memang histerektomi merupakan satu-satunya pilihan pengobatan pasien kanker serviks, uterus dan ovarium.
Seorang ginekolog dari Ohio menjelaskan bahwa histerektomi juga bisa dilakukan ketika ada masalah perdarahan abnormal di uterus atau infeksi tak terkendali.
Namun sebagian besar dokter akan berupaya sebisa mungkin untuk menghindari metode pengobatan histerektomi ini.
Mitos Ketiga : Histerektomi, artinya seluruh rahimmu diangkat
(BACA JUGA : 6 Potret Manisnya Kate Middleton Sebelum Menjadi Istri Pangeran William)
Faktanya ada tiga tipe histerektomi yakni supraservical, total dan radikal.
Metode ini akan dilakukan berdasarkan kondisi medis seorang pasien.
Jadi tidak selamanya melakukan histerektomi, rahim wanita akan diangkat sepenuhnya.
Semuanya kembali ke jenis penyakit dan kondisi medis sang pasien.
Mitos Keempat : Wanita akan mengalami menopause setelah menjalani histerektomi
(BACA JUGA : Penyebab dan Gejala Penyakit Polio yang Harus Orang Tua Tahu, Rawan untuk Balita!)
Faktanya adalah histerktomi adalah operasi penagangkatan rahim bukan indung telur.
Oleh karena itu, kamu salah besar dengan berpikir bahwa setelah melakukan histerektomi kamu akan memasuki menopause.
Yang bertanggung jawab dalam produksi hormon dan sel telur adalah indung telur bukan rahim.
Seorang ahli ginekolog dari The OZ Blog menjelaskan wanita yang usianya dibawah 50 tahun biasanya mempertahankan indung telur mereka.
Kecuali, mereka memiliki masalah dengan indung telur atau mengalami kasus endometriosis yang parah sehingga mereka harus menjalani histerektomi. (*)