Grid.ID -Suatu hari dimasa lalu, negara India meluncurkan satelitnya yang baru.
Namun peluncuran satelit itu gagal mengorbit dan malah jatuh ke bumi.
Lokasi jatuhnya satelit milik India itu berada di Samudera Hindia.
Terbawa arus laut, pecahan satelit itu terdampar di perairan Aceh.
BACA : Perjalanan Benyamin Sueb yang Penuh Lika Liku, dari Pengamen Keliling Hingga Aktor Terkenal
Pihak berwenang Indonesia lantas mendapati adanya satelit jatuh yang masuk ke teritori laut mereka.
Asisten Operasi Kasum ABRI Laksda TNI Soedibyo Rahardjo ialah perwira militer Indonesia yang pertama kali mendapat laporan jatuhnya satelit India tersebut.
Namun hanya segelintir orang saja yang tahu jika yang jatuh tersebut adalah satelit.
Cepat-cepat Soedibyo memerintahkan anak buahnya untuk mengirim pesawat C-130 Hercules TNI AU ke Aceh.
Tujuannya ialah mengambil rongsokan satelit itu dan mengangkutnya ke Lanud Halim Perdanakusumah.
Di sela-sela perjalanan mengangkut rongsokkan satelit, anak buah Soedibyo mengomel, 'ngedubel' (nyinyir) berkata "rongsokan gini aja kok harus dibawa ke Jakarta."
Begitu C-130 Hercules TNI AU mendarat di Halim, Soedibyo menyimpan rongsokkan satelit di gudang khusus.
Gudang tersebut juga dijaga ketat oleh pasukan TNI.
Entah apa yang ada di pikiran anak buah Soedibyo ketika melihat kelakuan komandannya menyimpan rongsokan besi berharga loak, dijaga ketat pula.
Namun intuisi Soedibyo tepat, tak lama ada yang menanyakan soal rongsokkan satelit tersebut.
Tak lain yang pihak yang 'kepo' ingin tahu adalah Amerika Serikat (AS).
"Saya yakin ada pihak-pihak yang berminat. Benar juga, pihak Amerika yang berminat, cuma tidak tahu kepada siapa mereka harus berhubungan," kata Soedibyo.
Pihak AS bingung harus menjalin kontak dengan siapa agar bisa tahu dimana rongsokkan satelit milik India itu berada.
Lantas ada yang membisiki Atase Pertahanan AS (Athan) "We can talk to the Admiral (Soedibyo)."
Mendapat petunjuk tersebut Athan AS bergegas menemui Soedibyo.
Setelah bertemu dengan beliau, Athan AS itu langsung bertanya "Admiral, apakah aparat Anda menemukan sesuatu?"
"Tidak ada," timpal Soedibyo.
Athan AS belum puas dengan jawaban Soedibyo.
"Ini ada report satelite was in a shore of Aceh." ujar Athan AS kembali.
"Ndak, ndak ada itu," kata Soedibyo.
Tidak puas dengan jawaban Soedibyo, Athan AS segera membuka dokumen classified miliknya dan menunjukkan gambar satelit yang ia maksud.
"Oh, ini maksudnya," jawab Soedibyo pura-pura tidak tahu.
"Ya, ini, kenapa?" lanjut Soedibyo.
"Ini bagian dari peluru kendali India. Yang kita ingin tahu metalurginya apa?" kata Athan AS.
Mendengar jawaban Athan AS itu akal cerdik Soedibyo muncul, ia menginginkan tukar guling.
"Metal ya? Diganti metal tidak?" tanya Soedibyo.
Athan AS bingung dengan apa maksud Soedibyo.
"Ya, saya minta diganti kapal perang. You boleh ambil itu tapi kita dapat kapal,” kata Soedibyo.
Athan AS lantas melapor ke atasannya di Washington DC mengenai keinginan Soedibyo itu.
Tak berselang lama pihak Amerika Serikat setuju menukar tiga kapal perang second hand mereka dengan rongsokan satelit bobrok tersebut.
"Kita diberi tiga kapal perang bekas, tetapi masih bisa beroperasi secara utuh. (Rongsokan satelit) diangkut, baru ketahuan sistemnya India. Itu kan dari Rusia. Jadi, mereka mendapatkan nilai intelijen yang besar. Senilai tiga kapal fregat gratis dari sana untuk TNI AL," kata Soedibyo yang merupakan mantan penerbang bomber TNI AL era Soekarno.(Seto Aji/Grid.ID)