Operasi Culverin sendiri rencananya akan menyerang Sumatera, menginvansi pulau tersebut yang kemudian digunakan sebagai pos kekuatan Inggris untuk menghantam kedudukan Jepang di Singapura.
Rencana Operasi Culverin kemudian disampaikan Churchill dalam Konferensi Quadrant di Quebec, Kanada pada tanggal 20 Agustus 1943.
Churchill menginginkan adanya operasi pendaratan amfibi di utara Pulau Sumatera pada Mei atau Juni 1944.
Keinginan Churchill tersebut tak lepas dari acuhnya Sekutu yang menganggap kawasan Asia Tenggara tak strategis bagi jalannya perang.
"Kita harus menyerang dan merebut satu pijakan (di pantai Sumatera) terhadap Jepang, di mana Jepang mesti merebutnya lagi dengan susah payah jika mereka tak ingin lalu lintas perkapalan mereka (di Selat Malaka) terganggu oleh serangan udara (Sekutu) dari Sumatera" ujar Churchill.
Enam titik di pulau Sumatera yakni pantai Bireuen, Lhokseumawe, Meulaboh, Pulau Simeuleu, Kota Medan dan Pulau Weh menjadi sasaran utama dalam operasi Culverin.
Churchill amat mengandalkan brigade British India pimpinan Lord Louis Mounbatten untuk menjalankan operasi ini.
Persiapan sudah matang, operasi Culverin tinggal menunggu waktu.
Tapi nasib berkata lain, Joseph Stilwell sebagai panglima pasukan Amerika Serikat di Asia menolak rancangan operasi tersebut.
Stilwell berpendapat kedudukan Jepang di Sumatera dan Singapura masih sangat kuat sehingga kekuatan Sekutu belum mampu mengalahkan mereka.
Terlebih Sekutu masih buta mengenai keadaan geografis Sumatera sehingga pendaratan amfibi urung dilakukan.
Ditambah Sekutu lebih memilih mengalahkan Nazi Jerman di Eropa terlebih dahulu sebelum menghabisi Jepang.
Walhasil operasi Culverin urung dilaksanankan pertengahan tahun 1945, beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka.(Seto Aji/Grid.ID)