Find Us On Social Media :

Kisah PM Inggris Winston Churchill yang Berencana Serang Pulau Sumatera

By Seto Ajinugroho, Rabu, 11 Juli 2018 | 08:14 WIB

Perdana Menteri (PM) Inggris Winston Churchill (kanan atas) bersama PM Kanada Mackenzie King (kiri atas), Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt (kiri bawah) & Gubernur-Jenderal Kanada Earl of Athlone di Konferensi Quebec, 17-24 Agustus 1943.

Grid.ID - Inggris, negara eropa dan mantan penguasa lautan ini memang memiliki koloni di berbagai belahan dunia.

Sebut saja koloni Inggris ialah Australia, Selandia Baru, Falklands, Afrika Selatan dan masih banyak lagi.

Hasrat kolonialis Inggris pernah juga dirasakan oleh Indonesia tahun 1810an di Maluku sebelum tahun 1816 menyerahkannya ke Belanda.

Waktu berlalu, Belanda akhirnya keok oleh Jepang yang datang menyerang nusantara tanggal 11 Januari 1942 di Tarakan, Kalimantan Timur.

Serangan kilat Jepang yang dijuluki Bahaya Kuning oleh Sekutu itu mengakhiri penjajahan Belanda atas Indonesia selama 3,5 abad.

BACA : Saat Inggris Berencana Menyerang Indonesia Dengan Menghancurkan Seluruh Pangkalan Militer TNI

Indonesia yang saat itu masih belum lahir menjadi negara rupanya mempunyai andil tersendiri dalam jalannya perang Pasifik.

Nusantara dianggap strategis di mata Perdana Menteri (PM) Inggris saat itu, Winston Churchill.

Churchill menganggap Indonesia merupakan 'jembatan' Sekutu untuk memenangkan perang melawan Jepang disamping sumber daya alamnya.

Arti penting itulah yang membuat Churchill berhasrat menyerang kedudukan militer Jepang di Indonesia.

Winston Churchill kemudian merencanakan sebuah operasi militer bersandikan Culverin.

BACA : Saking Terlatihnya, Seorang Personel Pasukan Elite Inggris Bunuh 3 Anggota Taliban Hanya Memakai Palu

Operasi Culverin sendiri rencananya akan menyerang Sumatera, menginvansi pulau tersebut yang kemudian digunakan sebagai pos kekuatan Inggris untuk menghantam kedudukan Jepang di Singapura.

Rencana Operasi Culverin kemudian disampaikan Churchill dalam Konferensi Quadrant di Quebec, Kanada pada tanggal 20 Agustus 1943.

Churchill menginginkan adanya operasi pendaratan amfibi di utara Pulau Sumatera pada Mei atau Juni 1944.

Keinginan Churchill tersebut tak lepas dari acuhnya Sekutu yang menganggap kawasan Asia Tenggara tak strategis bagi jalannya perang.

"Kita harus menyerang dan merebut satu pijakan (di pantai Sumatera) terhadap Jepang, di mana Jepang mesti merebutnya lagi dengan susah payah jika mereka tak ingin lalu lintas perkapalan mereka (di Selat Malaka) terganggu oleh serangan udara (Sekutu) dari Sumatera" ujar Churchill.

BACA : Awalnya Diremehkan, Serangan Mendadak Marinir Indonesia Malah Berhasil Menewaskan Para Perwira Inggris

Enam titik di pulau Sumatera yakni pantai Bireuen, Lhokseumawe, Meulaboh, Pulau Simeuleu, Kota Medan dan Pulau Weh menjadi sasaran utama dalam operasi Culverin.

Churchill amat mengandalkan brigade British India pimpinan Lord Louis Mounbatten untuk menjalankan operasi ini.

Persiapan sudah matang, operasi Culverin tinggal menunggu waktu.

Tapi nasib berkata lain, Joseph Stilwell sebagai panglima pasukan Amerika Serikat di Asia menolak rancangan operasi tersebut.

Stilwell berpendapat kedudukan Jepang di Sumatera dan Singapura masih sangat kuat sehingga kekuatan Sekutu belum mampu mengalahkan mereka.

Terlebih Sekutu masih buta mengenai keadaan geografis Sumatera sehingga pendaratan amfibi urung dilakukan.

Ditambah Sekutu lebih memilih mengalahkan Nazi Jerman di Eropa terlebih dahulu sebelum menghabisi Jepang.

Walhasil operasi Culverin urung dilaksanankan pertengahan tahun 1945, beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka.(Seto Aji/Grid.ID)