Setelah beberapa tahun, jumlah ular yang tersisa di alam bebas telah punah oleh para pemburu, jadi “raja ular” memutuskan untuk mulai membiakkan mereka sendiri.
Pada tahun pertama, hanya 10 persen dari telur ular menetas, membuatnya merugi lebih dari 10.000 yuan
(Baca Juga :Model Cantik ini Alami Nasib Nahas Saat Berpose Dengan Sekelompok Hiu)
Tetapi dia bertekad untuk belajar dari kegagalannya.
Tahun berikutnya, tingkat penetasan melonjak hingga 80 persen dan dia berhasil mengangkat lebih dari 30.000 ular.
Jenis ular yang banyak dibudidayakan disana adalah viper dan juga ular berbisa lainnya.
Peternak biasanya menjual ular ke perusahaan farmasi China yang mengubahnya menjadi bubuk, beberapa di antaranya diekspor ke Jepang, Korea Selatan, Amerika, dan Eropa.
Kini perdagangan itu telah memberikan pemasukan pada desa yang dulu miskin, sekitar 80 juta yuan (US $ 12 juta) atau setara Rp172 M per tahun. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Mengintip Desa Ular di China, Lebih dari 3 Juta Ular Diternakkan di Sini dan Menghasilkan Rp172 M per Tahun