"Yang Eza minta cuma satu Ma. Tolong buka (hati) sedikit aja, sedikit, jangan emosi yang diutamakan. Eza mau nikah Ma, udah waktunya Eza nikah. Eza tahu Mama pasti berharap yang terbaik buat Eza," ujarnya.
"Cuma tolong mama kasih Eza kesempatan, Eza mau nikah dengan pilihan Eza yang insya Allah, nantinya juga sayang sama mama. Dia mengajarkan, mengarahkan Eza ke jalan yang baik. Tolong, tolong, tolong doa restunya Ma," tambahnya.
"Eza yakin mama sayang sama Eza. Tolong, tolong restuin Eza. Udah itu saja. Anak mana yang nggak mau ketemu ibunya. Saya mau berdamai dengan ibu saya, mau bertemu ibu kalau ibu saya sudah tenang hatinya. Kalau diselesaikan dengan emosi, enggak akan selesai," kata Eza.
Pada lebaran lalu, Eza mengaku bahwa dirinya mencoba meminta maaf kepada ibunya melalui SMS.
"Saya minta maaf itu lewat media, itu kan enggak enak banget. Saya mau menyelesaikan masalah keluarga dengan datang dan meminta maaf ke rumah tanpa melalui media," katanya.
"Cuma karena kembali ada desas-desus kemarin yang keluar sehingga terpaksa saya meminta maaf seperti ini. Jadi sekali lagi Ma, tolong pahamin. Eza tuh mau pulang, mau lihat Mama," ucap Eza lagi.
(Baca: Seorang Guru Tampar Muridnya Hingga Gegar Otak Gara-gara Ketahuan Bicara di Kelas)
Pernikahan yang rencananya akan digelar pada 6 Juli 2018 itu terpaksa ditunda lantaran sang ibunda tak kunjung memberikan restunya.
Seumur hidupnya, Eza sayang banget dengan sang ibunda.
"Seumur hidup saya sayang banget sama ibu saya. Secara pekerjaan dan hal apa pun saya lakukan demi mama," tambahnya.
Meski sedih mendengar pernyataan sang ibu, namun Eza percaya bahwa kata-kata yang keluar dari mulut sang ibunda tidak murni dari lubuk hatinya, melainkan hanya karena emosi sesaat. (*)