Dalam kasus Nishikawa, polisi percaya racun itu diberikan antara jam 3 sore dan 4.55 sore, sementara Kuboki sedang mempersiapkan untuk memulai shiftnya.
Kondisinya memburuk dengan cepat dan pasien dikonfirmasi meninggal pada pukul 19.00, di mana saat itu perawat shift siang hari masih berada di dalam gedung dan harus menjadi orang yang memberitahu keluarga.
( Baca Juga :Mengerikan! Begini Jadinya Jika Fast Food di Simpan Selama 6 Tahun)
Dua hari setelah kematian Nishikawa, seorang laki-laki bernama Nobuo Yamaki yang berada di bangsal yang sama juga meninggal dalam kondisi yang sama.
Tubuh Nobuo Yamaki (88), diotopsi setelah perawat lain melihat gelembung dalam infus.
Setelah Ia diduga meninggal karena racun, polisi juga menyelidiki kematian Nishikawa.
Penyelidikan itu mulanya terhalang oleh kurangnya kamera pengintai di Rumah Sakit Oguchi di Yokohama itu.
Hingga kemudian, polisi menemukan jarum kecil di 10 drip bags di sebuah pos perawat.
Saat mencari seragam perawat, mereka menemukan jejak bahan kimia antiseptik dalam seragam Kuboki.
Kuboki ditanyai pada bulan Juni setelah berhenti dari rumah sakit, dan baru ditangkap pada 7 Juli.
Kuboki sendiri memperoleh lisensi perawat pada tahun 2008 dan bekerja di rumah sakit lain sebelum bergabung dengan Oguchi pada Mei 2015.
Polisi mengatakan mereka tidak akan pernah tahu pasti jumlah korban sebenarnya, karena hampir semua mayat akan dikremasi.
“Kami tidak memiliki kesadaran jika dia adalah karyawan yang bermasalah,” ujar seorang pekerja pada berita Asahi.
( Baca Juga :Bawa Kroasia ke Final Piala Dunia 2018, Masa Kecil Modric Penuh Luka)
Rekan lain, dari rumah sakit yang sama mengatakan bila Kuboki “adalah tipe orang yang sulit untuk memikirkan apa yang sebenarnya dia pikirkan, tetapi dia dianggap kompeten”. (*)
Artikel ini telah tayang di Nakita dengan judul Karena Hal Ini, Seorang Perawat di Jepang Bunuh 20 Pasiennya!