Grid.ID - Petugas dari Dinas Sosial Gunugkidul dan DIY datang menghampiri Tukiyo (62) di Desa Kedungpoh, betapa bahagianya Tukiyo begitu dihampiri para petugas.
Di halaman rumahnya sudah bersiap sebuah mobil niaga yang sengaja dia sewa untuk ikut mengantarkan anaknya ke RS Grasia, Sleman.
Tikar pun sudah digelar. Sejumlah makanan kecil dan teh hangat sudah tersedia di ruang tamu rumah sederhana beranyamkan bambu.
Tugiyo lantas mempersilakan masuk sejumlah petugas di kamar paling pojok belakang.
( Baca Juga :Lagi! Baju Tersangkut di Roda Motor, Anak 7 Tahun Kehilangan Tangannya)
Bau pesing menyeruak ketika petugas masuk ke kamar yang hanya ditutup kain itu. Di dalam kamar gelap duduk seorang diri Maryani (32), dengan rambut panjang terurai.
"Sudah 15 tahun terakhir dia (Maryani) begitu, dia hanya berdiam diri di kamar. Keluar hanya untuk mandi dan sikat gigi. Kalau kencing hanya di depan kamar," kata Tukiyo saat ditemui sebelum evakuasi, Senin (16/7/2018).
Maryani merupakan anak yang pintar di sekolahnya. Dari SD hingga SMK, dia selalu mendapatkan peringkat yang bagus.
Namun sejak ibunya meninggal saat melahirkan adiknya yang kedua, perilaku Maryani tiba-tiba berubah.
"SMK kelas 2 dia ingin keluar sekolah, dan kerja di Jakarta di sebuah pabrik konveksi. Lalu pulang ke rumah dan lama-lama mengurung diri di rumah," ucapnya.
Lalu Tugiyo menikah lagi dan anak-anaknya tinggal bersama ibu tiri saat ia bekerja sebagai penjual lotis di Bantul.
Maryani berubah jadi lebih pendiam. Maryani diduga mengalami depresi setelah ibunya meninggal.