Lha, saya jadi pengantin yang stunt-man. Padahal sebentar lagi pengantin wanitanya bukan apa-apa lagi bagi saya. Boss akan menerbangkan anak gadisnya ke luar negeri untuk menghilangkan "bencana" tidak jadi menikah.
Tapi yang masih bisa dikatakan beruntung, tak seorangpun tamu yang diundang boss itu kenal siapa saya. Maklum yang diundang orang kota, sementara saya sendiri orang desa dari kecamatan Gedongtataan. Jadi amanlah.
(Baca Juga :Putrinya Idap Leukimia, Lingkungan Terlalu Bersih Bisa Jadi Pemicunya)
Esoknya datang ke rumah saya utusan boss. Yang datang bukan siapa-siapa, lagi-lagi paman saya sendiri yang pernah mencomblangi pernikahan fiktif ini. Paman menghadiahi saya sebuah sepeda Hercules baru dan pantalon yang kemarin saya pakai jadi pengantin.
Enak saja paman berkata, “Nih hadiahmu dari boss. Lumayan toh ....”
Tidak saya ketahui lagi bagaimana nasib anak gadis boss yang pernah "menikah" dengan saya itu. Sebab tahun berikutnya saya meneruskan study ke Surabaya. Sekarang anak saya sudah tiga, tapi anak-anak saya bukan cucu boss. Isteri saya gadis Suroboyo tulen.
Kalau saya hitung-hitung, saya sebenarnya pernah menikah dua kali. Sekali sebagai pengantin yang "stunt-man", yang kedua jadi pengantin sungguhan. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Kisah Nyata Pria Lampung yang Disewa Untuk Menjadi Pengantin