Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan
Grid.ID - Jatuh cinta berjuta rasanya, berjuta indahnya.
Ah, masak?
Ketika jatuh cinta, berbagai reaksi terjadi dalam tubuh manusia.
Meskipun lebih sering dianggap sebagai sebuah emosi yang positif, ternyata nggak selamanya jatuh cinta membawa bahagia, lho.
Dilansir Grid.ID dari National Geographic Indonesia, berbagai penelitian menerangkan apa yang terjadi pada otak dan tubuh manusia saat jatuh cinta.
(Baca juga: Sepasang Kakek Nenek Terpaksa Berpisah Setelah Hidup Bersama Selama 73 Tahun)
Ternyata, kadar kortisol meningkat ketika manusia mengalami jatuh cinta di tahap awal.
Kortisol merupakan hormon yang berkaitan dengan stres.
Baik perempuan maupun laki-laki memiliki hormon kortisol.
Peningkatan kortisol umumnya hanya terjadi pada tahap awal manusia jatuh cinta.
(Baca juga: 5 Cara Redakan Rasa Sakit yang Timbul Setelah Bayi Imunisasi, yuk Cari Tahu)
Sebab, seseorang bisa jadi masih bertanya-tanya apakah orang yang dicintainya merasakan hal yang sama.
Selain itu, kemungkinan ditolak dan kecemasan untuk mengungkapkan isi hati juga menjadi penyebab stres.
Namun, kadar kortisol ini biasanya akan normal kembali setelah 12-24 bulan sejak pertama jatuh cinta.
Sebuah penelitian dari Neuroendocrinology Letters menyebutkan bahwa proses membentuk keakraban dengan pasangan membawa perubahan fisiologis yang mengurangi tingkat stres dan kecemasan.
(Baca juga: Perubahan Drastis 7 Jebolan Ajang Pencarian Bakat di Indonesia, Sebelum dan Setelah Jadi Selebriti)
Tentu saja hal itu memakan waktu.
Jadi, kalau pada awal jatuh cinta kamu stres, itu wajar kok.
Tunggu aja 12-24 bulan.
Kalau masih stres, mungkin kamu sebenarnya lagi nggak jatuh cinta.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang efek jatuh cinta pada tubuh dan otak, sering-sering baca penelitian, ya!
(*)