Satu bulan kemudian, tepatnya di bulan April, Ratih mendapat perintah dari Mabes TNI untuk bergabung dengan tim yang ada di Suriah.
Namun, penugasan Ratih di Suriah tak berlangsung lama.
Misinya diakhiri setelah tiga bulan karena dianggap terlalu berbahaya bagi keselamatan pembawa misi perdamaian.
BACA JUGA B.A.P Curhat Soal Kemungkinan Konser Terakhir Dengan 6 Member, Pertanda Bakal Bubar?
Pada September 2012, Ratih pun kembali ke Lebanon sebagai Shift Chief Joint Operation Centre UNIFIL.
Pada tahun 2013, Ratih menjadi salah satu peraih Indonesian Women of Change Award yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar AS.
Penghargaan tersebut diberikan bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional ketika ia menjalani sebuah misi di Lebanon.
BACA JUGA Inspirasi Penampilan Feminin Girly ala Ghea Indrawari, Biar Gayamu Makin Cute!
Selain itu, Ratih yang kini berpangkat Letkol itu juga mendapatkan tanda kehormatan berupa The United Nations (UN) Medal, UN Medal Syria dan UN Peacekeeping Medal in Lebanon.
Di akhir Februari 2017 lalu, Ratih bersama Kristin Lund (Mayor Jendral asal Norwegia yang juga komandan misi perdamaian PBB) mendapat kesempatan untuk berbicara dalam sesi forum United Nations Special Committee for Peacekeeping Operations di New York.
Dalam forum itu, Ratih berbicara tentang keterlibatan perempuan di dalam misi perdamaian PBB.
BACA JUGA Kesedihan Ashanty Ketika Aurel Dibully Karena Pakai Baju Renang