Find Us On Social Media :

Ternyata Membentak Sang Buah Hati Punya Dampak Traumatis Sama Seperti Memukul loh, Ini Penjelasannya

By Esti Ayu Hutami, Senin, 23 Juli 2018 | 15:33 WIB

Membentak Anak Berdampak Traumatis Sama Seperti Memukul

Laporan Wartawan grid.ID, Esti ayu hutami

Grid.ID- Kenakalan si buah hati terkadang membuat para orang tua sengaja atau tidak mengeluarkan gertakan atau suara keras di depan anak.

Hal ini tentu saja nggak baik untuk dilakukan di depan buah hati karena dampaknya ternyata setara seperti kita memukul si buah hati.

Bahkan traumatis ang timbul bisa kita rasakan sampai dewasa, kok bisa ya?

Sebuah penelitian dari University of Pittsburgh di Pennsylvania dan University of Michigan di Ann Arbor, menemukan fakta disiplin verbal yang keras dari orangtua sangat merusak remaja.

(BACA JUGA: Berapa Kali Menyusui Bayi Dalam Sehari? Cari Tahu Jawabannya yuk!)

Remaja yang orangtuanya memakai metode berteriak sebagai metode disiplin lebih cenderung memiliki masalah perilaku dan bertindak.

Ternyata efek dari disiplin verbal seperti membentak ini punya kadar dampak yang sama seperti bentuk kekerasan fisik seperti memukul loh.

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2003 di Journal of Marriage and Family meneliti keluarga yang melakukan 25 atau lebih insiden berteriak dalam 12 bulan.

Hasilnya, anak-anak ini memiliki kecenderungan harga diri rendah, peningkatan agresi terhadap orang lain dan tingkat depresi lebih tinggi.

(BACA JUGA: Sering Alami Masalah pada Mulut Saat Hamil, Inilah Penyebabnya)

Secara nggak sadar orang tua sudah diangap melakukan sebuah "agresi psikologis," nih dengan kata-kata penghinaan.

Mempertimbangkan seberapa sering Moms dapat kehilangan kesabaran, penelitian ini adalah alasan yang baik dalam menghentikan kebiasaan komunikasi yang buruk, sebelum Si Kecil memasuki usia remaja.

Dilansir dari Today’s parent, Jurnal Study of Marriage and Family mengungkapkan hampir 90% dari hampir 1.000 orangtua yang disurvei mengatakan mereka pernah berteriak, menjerit pada anak-anaknya.

"Berteriak bukan teknik disiplin yang konstruktif, itu merupakan reaksi," jelas Stephanie Cristina, psikolog anak di Ottawa.

(BACA JUGA: Pro Kontra Pola Asuh Zaskia Adya Mecca Membebaskan Si Buah Hati Bermain, Ternyata Ini Manfaat Anak Dekat dengan Alam)

Nah bagi para orang tua wajib diingat nih mungkin saja dengan berteriak kita mendapatkan perhatian anak dan menghentikan perilaku nakal dalam sekejap.

Tapi, jauh di balik itu tindakan berteriak pada anak  "nggak mengajarkan anak apa pun tentang bagaimana berperilaku yang benar," kata Stephanie.

Ternyata dampak buruk dari berteriak nggak hanya dirasakan para anak nih, sebenarnya para orang tua juga merasakannya.

Kylee Goldman, seorang terapis anak dan keluarga di Aurora, Ontario, menjelaskan ketika para orang tua merasa frustrasi, otak melepaskan kortisol (hormon stres).

"Pusat kognitif otak mati dan pusat emosi mengambil alih, otak anak-anak mengikuti pola yang sama. Tingkat kortisol mereka naik karena stres, emosi mereka mengambil alih,” kata Goldman.

Jika stres semacam ini berlanjut selama bertahun-tahun, fungsi emosional anak dapat terpengaruh saat ia tumbuh dewasa," kata Goldman. (*)