Laporan Wartawan Grid.ID, Esti Ayu Hutami
Grid.ID - Menyayangi dengan sepernuh hati memang penting banget dalam sebuah hubungan.
Melengkapi satu sama lain dan selalu ada saat dibutuhkan pasti jadi dambaan setiap pasangan yang menjalin cinta.
Tapi, bukan berarti kamu harus menggantungkan segala kebutuhan dan keperluan dirimu sampai mengeluarkan sisi emosionalmu dengan pasangan, selalu ingat bahwa setiap individu di dunia ini juga punya me time nya masing-masing, termasuk pasanganmu.
Nah, beberapa pasangan merasakan fenomena ini, dimana diri mereka bukan lagi merasa sebagai sepasang individu yang saling mencintai dan kompak.
( BACA JUGA :7 Artis yang Berhasil Lulus S2, Salah Satunya Ashanty dengan Gelar Magister Manajemen Bisnis)
Namun, rasa kompak yang mereka rasakan ini seakan menjadikan mereka sepasang unit yang nggak bisa ‘dipisahkan.’
Dalam pernikahan, banyak pasangan yang merasa harga diri mereka menjadi terlalu terikat dengan tindakan dan perhatian pasangannya.
Padahal, seharusnya ketergantungan emosional dengan kedekatan emosional adalah dua hal yang sangat beda nih.
Dilansir dari Fatherly.com, Ana Jovanovic, seorang psikolog klinis, mengatakan kedekatan emosional lebih cenderung pada pemberian dan penerimaan.
( BACA JUGA :Beri Keterangan Terkait Kelahiran Cucu Kedua, Presiden Joko Widodo Kenakan Sneakers)
Menurutnya, kita harus sadar bahwa pasangan kita bukan manusia sempurna dan tentu saja mereka bisa membuat pilihan berbeda dengan kita, memiliki kebutuhan sendiri dan dapat merasa kecewa atau sedih.
Berbeda dengan ketergantungan emosional yang sifatnya konstan, kuat dan hanya dapat diberikan oleh pasangan.
Pokoknya, kamu akan merasa bukan siapa-siapa nih tanpa pasanganmu.
Yang paling parah, kalau semakin lama kita makin makin membatasi ekspresi emosional pasangan kita, contohnya nggak boleh marah dan kecewa dengan kita tanpa kita introspeksi ulang.
( BACA JUGA :Dokter ini Capai Usia 105 Tahun, Ini Tipsnya Agar Berumur Panjang)
"Pasangannya lalu tidak diijinkan marah, untuk menyepi sejenak atau menghabiskan waktu dengan orang lain," kata Jovanovic.
Kita pun akan berubah menjadi orang yang manja, bergantung penuh dan posesif.
Nggak perlu merasa sendirian mengalami hal ini, karena faktanya banyak pasangan yang terjebak dalam ketergantungan emosional juga kok.
Kita bisa mencegahnya dengan kejujuran dan komunikasi.
Bagaimanapun, kita harus jujur pada diri sendiri.
Semakin banyak refleksi diri yang dilakukan, semakin kita dapat mengutarakan kebutuhan secara spesifik.
( BACA JUGA :Kim Kardashian Pamer Model Rambut Baru, Busananya yang Nyentrik Justru Jadi Sorotan Netizen)
Kuncinya kita juga boleh nih menyampaikan apa harapan yang belum kita dapatkan dari pasangan serta membedakan yang realistis atau yang ada di luar nalar.
Dengan kata lain, berusahalah untuk tetap menjadi diri sendiri, mempertahankan hal-hal positif yang kita miliki.
Menetapkan batas-batas fisik adalah salah satu pilihan terbaik kita dalam membangun jalan menuju kedekatan emosional.
"Tetap jalankan kegiatan, hobi, dan pertemanan seperti sebelum memiliki hubungan dapat meringankan beban dari pasangan kita untuk memenuhi kebutuhan kita," kata Bushman eorang psikolog klinis.
Namun, ini bukan berarti kita nggak boleh merasa bergantung dengan pasangan juga ya.
Boleh saja, asalkan porsinya seimbang.
( BACA JUGA :Selamat! Kahiyang Ayu Lahirkan Putri Pertamanya)
"Kedekatan emosional yang sehat terjadi ketika kita masih bisa menjadi diri sendiri, solid, dan kuat, yang kemudian ditingkatkan dan terinspirasi oleh pasangan," kata Bushman. (*)