Find Us On Social Media :

5 Cara Ampuh Menasihati Buah Hati yang Nakal Tanpa Harus Membentak

By Esti Ayu Hutami, Minggu, 5 Agustus 2018 | 21:18 WIB

Begini cara menasihati anak yang benar

Laporan Wartawan Grid.ID, Esti Ayu Hutami

Grid.ID - Saat si kecil rewel dan nakal, pasti para orangtua akan terkuras nih emosinya.

Nggak jarang mereka akan terbawa emosi dengan membentak si kecil.

Yap! Sudah pasti hal ini nggak baik dan nggak akan membuat si kecil jadi menurut juga dengan nasihat kita.

Justru dengan membentak si buah hati hanya berdampak ketakutan yang sebentar dan nggak akan membuat hati paham akan kesalahannya.

Penting banget nih peran orangtua untuk tegas terhadap si kecil.

Melansir dari today’s parent, ini sederet cara yang bisa orang tua lakukan untuk mengingatkan si buah hati tanpa harus membentak mereka.

( BACA JUGA :5 Hal yang Biasa Dilakukan Seseorang yang Suka Menyendiri dengan Internet)

1. Cari tahu pemicumu membentak si kecil

Berteriak dan membentak pasti nggak akan terjadi tiba-tiba.

Biasanya membentak merupakan respons terhadap perilaku tertentu.

Nah, pasti ada hal memicu para orang tua untuk membentak si buah hati, pahami betul dengan mengetahui apa pemicunya, maka akan lebih mudah untuk menghindarinya.

"Cari tahu apa pemicu tersebut, karena hal tersebut berbeda-beda antar orangtua," kata Nina Howe, profesor pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar di Concordia University.

Beralih pada kegiatan lain selain membentak si kecil.

"Kesadaran diri sendiri akan membantu Anda membuat pilihan yang lebih baik, seperti menyiapkan makanan untuk makan malam," kata Nina.

( BACA JUGA :Selalu Tampil Kompak dengan sang Adik, Syahrini Ingin Tepati Janji pada Ayahnya)

2. Beri peringatan pada si buah hati

Contohnya saat si kecil mengulur waktu tidur atau berkelahi di dalam mobil dengan sang adik.

Tegaskan kepada anak dengan mengatakan 'tak ingin berteriak untuk mendapatkan perhatian.

Namun, jika tidak mendengarkan sekarang, mungkin membentak akan terjadi.’

Peringatan yang tenang itu terkadang cukup untuk meredam perilaku si kecil loh.

( BACA JUGA :Selalu Tampil Kompak dengan sang Adik, Syahrini Ingin Tepati Janji pada Ayahnya)

3. Beri pengertian setelahnya

Berteriak itu bukan bentuk komunikasi, karena dengan berteriak hanya akan membuat anak-anak menutup diri daripada mendengarkan.

Tetapi, melatih kontrol diri akan memberikan pesan yang lebih kuat secara keseluruhan.

"Sebuah pembelajaran akan datang kemudian, dan itu jauh lebih efektif ketika Anda lebih tenang," kata Judy Arnall, ahli perkembangan anak dan penulis buku parenting.

Para orang tua harusnya dapat membicarakannya kepada si kecil, menjelaskan apa yang diharap dari perilaku mereka, dan konsekuensinya akibat melakukan sesuatu.

( BACA JUGA :Syahrini Blak-blakan Ungkap Rahasianya Jaga Berat Badan, Bisa Dicontoh!)

4. Jadilah proaktif

Pagi hari akan jadi waktu terpadat di rumah karena Ibu akan menyiapkan bayak hal untuk anak yang akan berangkat sekolah, salah satunya misalnya menyiapkan kaus kaki untuk berangkat sekolah.

Ellana Sures, konselor klinis memberikan contoh bahwa ia benar-benar mengajak dua putrinya ke tempat tidur memakai kaus kaki.

Sehingga, dia nggak perlu terus-terusan menyuruh dan kemudian berteriak tentang kaus kaki di pagi hari.

Trik sederhana ini telah membuat perbedaan besar pada keinginan untuk membentak si kecil.

Contoh lain dari bersikap proaktif mungkin bisa dengan bentuk lain seperti membawa makanan ringan untuk menghindari si kecil merengek dan tetap sibuk saat kamu membereskan rumah.

( BACA JUGA :Kegiatan di Backstage Direkam Tanpa Izin dan Disebarluaskan, Member Apink Tak Terima!)

5. Sederhanakan harapanmu, jangan terlalu perfeksionis

Sures mengatakan, "Alasan orangtua berteriak adalah karena harapan yang tinggi pada anak ketika kita sedang melaksanakan sesuatu."

Ini terjadi padanya pada musim liburan misalnya, ketika si kecil menjadi pemberontak, duduk dan menolak untuk berjalan-jalan di sebuah lokasi wisata.

Sures mengatakan itu terasa seperti kegagalan dalam pengasuhan, ketika apa yang diharapkan orangtua nggak berjalan sebagaimana mestinya pada si kecil. (*)