Find Us On Social Media :

Warisan Nenek Moyang, Rumah Tradisional Indonesia Ternyata Lebih Tahan Terhadap Gempa

By Andika Thaselia, Selasa, 7 Agustus 2018 | 08:33 WIB

Rumah-rumah tradisional di Indonesia punya desain yang tahan terhadap gempa, apa alasannya?

Laporan Wartawan Grid.ID, Andika Thaselia Prahastiwi

Grid.ID - Dua hari yang yang lalu, tepatnya pada tanggal 5 Agustus 2018, gempa berkekuatan 7.0 SR mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Hingga pagi ini (7/8/2018) tercatat sudah terjadi 230 kali gempa susulan di Lombok.

Getaran gempa ini bahkan terasa hingga ke Pulau Dewata, Bali.

Dalam sesi wawancara bersama Kompas TV (6/8/2018), Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, mengatakan bahwa kerusakan akibat gempa Lombok ini tercatat sudah mencapai angka 70%.

Kerusakan sebagian besar terdampak pada bangunan baik fasilitas umum, tempat hiburan atau wisata, maupun rumah-rumah warga.

BACA : 4 Langkah Mudah Merawat Furnitur Kayu di Taman, Biar Selalu Terlihat Baru dan Awet!

Gempa bumi sebenarnya bukan perkara baru di Indonesia.

Wilayah geografis Indonesia memang terletak di jalur 'ring of fire' atau 'cincin api', di mana aktivitas vulkanis maupun tektonis kerap terjadi.

Selain itu, wilayah Indonesia juga merupakan pertemuan tiga lempeng benua, yakni Indo-Australia, Eurasia, serta Pasifik.

Gempa bumi tak hanya terjadi di era modern.

Inilah yang membuat nenek moyang bangsa Indonesia belajar banyak dari pengalaman dan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan.

BACA : Awas Lima Benda Ini Sarang Kuman Di Rumah, Bahaya Bagi Kesehatan

Salah satu bentuk penyesuaiannya adalah dengan membangun rumah-rumah tradisional yang lebih fleksibel terhadap goncangan.

Seperti yang diberitakan oleh Bobo.ID (6/8/2018), rumah-rumah tradisional Indonesia pada umumnya terbuat dari bahan kayu.

Dan ketika terjadi goncangan, kayu-kayu ini tidak akan retak dan mampu menopang atap agar tetap berdiri kokoh.

Lain halnya dengan beton yang akan mengalami keretakan ketika mengalami goncangan yang cukup keras.

Selain itu, atap-atap rumah tradisional di Indonesia rata-rata menggunakan material yang ringan, seperti ijuk, sirap, maupun rumbia.

BACA : 3 Material Dinding Rumah di Indonesia, Nomor 2 Paling Tahan Gempa

Bahan-bahan ini tentu memiliki bobot yang jauh lebih ringan ketimbang genteng yang terbuat dari tanah liat.

Ijuk, sirap, maupun rumbia juga tak akan pecah jika jatuh saat mengalami goncangan gempa.

Laman iDea menyebutkan bahwa rumah-rumah tradisional ini masih lestari digunakan di perkampungan tradisional.

Seperti misalnya rumah tradisional Suku Sunda di Kampung Naga, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Rumah tradisional di kampung yang juga jadi destinasi wisata ini sebagian besar terbuat dari bambudan beratapkan ijuk maupun sirap.

BACA : Di Kamar Mandi Banyak Kelabang? Basmi dengan 5 Cara Ini, Yuk!

Tercatat bahwa rumah tradisional ini tetap berdiri kokoh walaupun diterjang gempa Tasikmalaya pada 2009 lalu.

Selain itu, ada pula rumah tradisional Suku Aceh atau yang akrab disebut dengan Rumoh Aceh.

Deretan Rumoh Aceh di perkampungan tradisional Aceh tetap berdiri kokoh meskipun terkena tragedi gempa 9.2 SR yang melanda Serambi Mekah pada 26 Desember 2004 lalu.

Sayangnya, desain rumah tradisional ini sudah mulai jarang dipakai oleh masyarakat Indonesia.

Selain butuh perawatan yang ekstra, bahan pembuatnya pun mulai jarang ditemui dan harganya yang lebih tinggi ketimbang material rumah modern.

BACA : Sesuaikan Ukuran Lemari dengan Kamar Agar Tidak Sempit dan Berantakan

Tapi melihat dari kecilnya resiko yang ditimbulkan saat terjadi gempa, kira-kira kamu berminat untuk membuat rumah dengan desain tradisional tadi? (*)