Terhitung Nur Wijaya hanya utuh 5 tahun pendidikan di SD, di SMP 2 Tahun dan SMA juga 2 Tahun.
Nur Wijaya berujar, dirinya memang secepat mungkin menyelesaikan pendidikannya karena termotivasi atas 'wejangan' guru PAUD Nur Wijaya dulu.
"Waktu di Paud ada guru yang bercerita kalau bisa lulus muda atau cepat itu enak, dikejar-kejar di awal, selanjutnya lebih santai. Ya, saya terus termotivasi untuk bisa cepat lulus dengan ikut akselerasi," tegasnya.
BACA : Indonesia Lolos dari Jeratan Embargo Amerika Serikat Karena Dianggap Sekutu Strategis
Namun saat lulus SMA ia sempat bingung menentukan pilihan masuk ke universitas mana.
Lantas sang ayah, Sapta Kusuma Brata menyarankan agar anaknya itu kuliah di UGM.
"Bapak menyarankan UGM agar mengikuti Bapak dulu. Kan dulu Bapak kuliah di UGM, jurusan teknik nuklir," aku Nur Wijaya.
Tapi tetap saja jurusan studi tetap Nur Wijaya yang menentukan.
Ia memilih teknik elektro lantaran listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat.
"Zaman sekarang apa-apa butuh listrik, jadi cari kerja besoknya lebih gampang," katanya.
Tidak gampang menjadi mahasiswa di usia begitu muda, Nur Wijaya bahkan harus rajin belajar, pantang menyerah dan harus pandai membagi waktu.
Hal ini ia lakukan agar nilainya dapat dipertahankan agar tak terlempar dari kelas akselerasi yang ia ikuti semasa di bangku sekolah.
"Kalau waktunya belajar ya fokus belajar, kalau hari libur ya santai, main. Yang terpenting lagi adalah restu dan dukungan dari orangtua," tandasnya.
Nur Wijaya tidak ingin berhenti sampai sini saja.
Mahasiswa yang berdomisili di Jalan Padjajaran Timur No.24 Sumber, Surakarta ini ingin secepat mungkin lulus S1.
Setelahnya ia juga segera menempuh ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
"Konsentrasi dulu lulus kuliah dengan cepat, insya Allah 3 tahun. Kalau cita-cita bidang pekerjaan belum terpikir. Tapi orangtua menyarankan setelah lulus, lanjut kuliah lagi agar tidak terlalu muda waktu masuk jenjang bekerja," pungkas Nur Wijaya.(*)