Find Us On Social Media :

Hilang Selama 13 Tahun di Yordania, TKW Asal Indramayu Ditemukan Dalam Kondisi Tak Bisa Bahasa Indonesia

By Dewi Lusmawati, Sabtu, 11 Agustus 2018 | 16:41 WIB

Ilustrasi pekerja migran

Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati

Grid.ID - Kedutaan Besar RI untuk Amman, Yordania, berhasil memulangkan seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Indramayu, Jawa Barat.

TKW berinisial DT (30 tahun) itu dilaporkan hilang selama 13 tahun.

Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, DT tiba di Jakarta pada 11 Agustus 2018 lalu.

Sebelum dipulangkan ke kampung halamannya, Kementerian Luar Negeri langsung melakukan penanganan untuk mendalami kasus DT.

“Jujur saja rasanya seperti menerima tugas 'mission impossible' karena mencari seseorang di luar negeri nyaris tanpa data apapun yang dapat dijadikan rujukan," ungkap Duta Besar RI untuk Kerajaan Yordania Andy Rachmianto.

Saat pertama kali menerima instruksi pencarian, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu (11/8/2018) Andy berbagi kisah pencariannya.

BACA JUGA: Mulai Dari Menikah Online Hingga Pelaku Bom Bunuh Diri, TKW Indonesia di Luar Negeri Jadi Target Teroris

"Tapi karena rasa kepedulian serta keberpihakan, seluruh Tim Perlindungan WNI KBRI Amman bekerja keras mencari tahu keberadaan DT tanpa kenal lelah," tambah dia.

Sejak dilaporkan hilang pada awal 2018, KBRI Amman melakukan upaya pencarian dengan berbagai cara.

Selain melalui simpul-simpul masyarakat Indonesia yang ada di Yordania, KBRI juga melibatkan pengacara KBRI Amman.

Sekitar bulan April 2018, jejak keberadaan DT akhirnya tercium.

Namun demikian, upaya mengontak dan mengambil DT dari majikannya adalah perjuangan yang tidak kalah beratnya.

Dalam kasus-kasus serupa, kata Andy, majikan selalu berusaha mencegah komunikasi TKW-nya dengan KBRI.

BACA JUGA: Bebas Dari Hukuman Mati di Arab Saudi, TKW Asal Sumbawa Pulang Dijemput Ibunya

Namun dengan bantuan Anti Human Trafficking Unit (AHTU) Yordania, KBRI berhasil mengambil paksa DT dari majikannya.

Saat ditemukan, DT dalam keadaan sehat, namun sama sekali tidak bisa lagi berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Sambil menunggu pemenuhan hak-haknya, selama di penampungan (Griya Singgah) KBRI Amman, DT diajarkan kembali menggunakan Bahasa Indonesia dan melakukan penyesuaian-penyesuaian lainnya sebelum pulang.

“Mengambil dari majikannya adalah satu hal. Tapi memastikan semua haknya dipenuhi sebelum dipulangkan adalah hal lain yang tidak kalah pentingnya. Kehadiran kami dalam menolong DT harus tuntas," kata Andy.

DT berangkat ke Yordania pada tahun 2005, saat usianya belum genap 17 tahun.

Ia direkrut oleh sponsor atu calo tetangga desanya berisial JI.

BACA JUGA: Sempat Terancam Hukum Pancung Karena Diduga Menyantet Majikan, ini 5 Fakta TKW Asal NTB yang Berhasil Pulang ke Indonesia

DT diberangkatkan ke Yordania oleh dua perusahaan penempatan yang berkantor di Jakarta Timur menggunakan visa turis.

Sejak tiba di Yordania, agen yang menerima DT mempekerjakan DT kepada majikan yang berganti-ganti, tidak pernah dilaporkan ke KBRI.

DT juga tidak pernah diperpanjang paspornya, tidak dibuatkan ijin tinggal dan tidak pernah diberikan kesempatan komunikasi dengan keluarga.

Bahkan DT sempat terlantar karena agen Yordania yang mendatangkannya dari Indonesia sudah ditutup.

"Kami berharap aparat penegak hukum di tanah air dapat mendalami kasus ini dan menghukum mereka yang terlibat. Kita tidak ingin ada DT-DT berikutnya yang menjadi korban lagi," kata Andy.

Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi pada seorang TKW asal Banyumas.

BACA JUGA: TKW Berusia 62 Tahun Ini Disiksa oleh Majikannya di Malaysia Hingga Tuli

TKW Bernama Parinah, itu telah hilang kontak dengan keluarga selama 18 tahun.

Dikutip dari Tribun jateng, Parinah berhasil ditemukan kembali pada 5 April 2018 lalu dengan bantuan Kepolisian Inggris di Brighton, kota wisata pantai di sebelah selatan Pulau Inggris.

Parinah dilaporkan pindah ke Inggris sejak tahun 2011 setelah bekerja di Arab Saudi pada tahun 1999.

Selama bekerja di Inggris, Parinah tidak diperkenankan ke luar rumah kecuali jika bersama salah seorang anggota keluarga majikan.

Tidak jelas bagaimana akhirnya Parinah bekerja di sebuah rumah di Brighton, sekitar 100 km dari London.(*)