"Kami membeli beberapa baju, makeup, dan barang-barang branded lainnya," ujar turis bernama Fatima Ali.
"Semua harganya jadi murah-murah," imbuhnya.
Sama seperti turis lainnya, Fatima Ali juga sampai rela membawa koper kosong untuk memasukkan barang-barang mewah hasil buruannya selama di Turki.
Bahkan beberapa turis asing sengaja memeriksa nilai tukar Lira secara real time agar tahu perkembangan terkininya.
(BACA JUGA: Mak Nyak Senang Film 'Si Doel' Sudah Ditonton Lebih dari Satu Juta Orang)
Salah satu pembeli mengatakan bahwa ia bisa menghemat sampai 1.000 Dolar AS jika membeli barang mewah di Turki daripada di tanah airnya sendiri.
Melansir laman abc.net.au, Lira mecapai rekor terendahnya ketika Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan penggandaan tarif impor baja dan aluminium untuk Turki pada 10 Agustus 2018 lalu.
Melansir Kompas.com, sebelumnya sektor pariwisata Turki sempat mengalami tekanan setelah aksi kudeta yang gagal pada tahun 2016 silam.
Namun kini, para turis sudah mulai berani mengunjungi negara ini.
(BACA JUGA: Tak Sengaja Pungut Kotak Panjang Berwarna Emas dari Tempat Sampah, Ketika di Buka Isinya Amat Istimewa)
Bahkan, Asosiasi Biro Perjalanan Turki (TURSAB) Firuz Baglikaya mengatakan, ada peningkatan sektor pariwisata sebesar 30 persen dibandingkan tahun lalu.
Meski kebanyakan turis Asing merasa senang dengan anjloknya nilai tukar Lira, ada juga seglintir turis yang merasa apes.
Ini karena mereka mengkonversikan mata uang asing ke mata uang Turki sebelum krisis terjadi.
"Saya cukup terkejut karena saya mengambil banyak uang dari bank dalam mata uang lira."
"Tapi ketika bangun pada pagi hari, saya kehilangan sekitar seratus atau dua ratus dalam waktu satu malam," kata turis asal Tiongkok, Kobe Wu Kejia.
(BACA JUGA: Liburan ke Los Angeles, Titi Kamal Kecup Mesra Christian Sugiono!)
(*)