Grid.ID - Hubungan antara Turki dan Amerika Serikat yang makin memanas disusul oleh terpuruknya mata uang Lira Turki atas dollar AS.
Hal ini membuat Turki melirik sejumlah negara untuk menjadi ‘penyandang dana’.
Salah satu negara yang diharapkan menjadi investor untuk menanamkan modalnya ke bank-bank Turki dalam jumlah besar dalam waktu secepatnya adalah China.
Keberanian China untuk ‘menyelamatkan’ perekonomian Turki sebenarnya bukan hanya menunjukkan keunggulan sebuah negara yang sedang berkembang pesat perekonomiannya tapi juga militernya.
Pasalnya, China tidak mungkin berani menawarkan diri untuk menyelamatkan perekonomian Turki jika tidak memiliki kekuatan militer setingkat negara adidaya.
Sebab hal tersebut mengundang risiko dikenai sanksi eknomi oleh Amerika.
(Baca Juga: Presiden Naik Motor di Pembukaan Asian Games 2018, Rupanya Bukan Jokowi!)
Untuk membungkam AS yang selama ini suka bertindak secara spontan baik secara ekonomi maupun militer kepada negara yang dianggap telah melawannya, China memang telah siap.
Tidak hanya siap melawan Amerika, China bahkan sudah sering mengusir kapal-kapal perang Amerika yang sedang berlayar di Laut China Selatan dan sengaja mendekati pulau yang telah dijadikan China untuk membangun pangkalan-pangkalan militernya.
Pesawat-pesawat intai Amerika yang secara sengaja sedang terbang untuk mengamati pulau yang telah dijadikan pangkalan militer.
Selain itu, juga langsung diperingatkan oleh China untuk segera pergi meski pesawat intai itu sedang terbang di jalur penerbangan internasional.
China dalam perkembangan terkini memang sudah tidak sembunyi-sembunyi lagi untuk membangun pangkalan militer di pulau-pulau yang berada di perairan Laut China Selatan yang secara sepihak telah diklaim China sebagai wilayahnya.