Find Us On Social Media :

Hikayat Fientje de Feniks, Pramuria Tercantik Zaman Kolonial yang Bernasib Tragis di Akhir Hidupnya

By Seto Ajinugroho, Senin, 20 Agustus 2018 | 09:22 WIB

Fientje de Feniks

Grid.ID - Zaman penjajahan kolonial Belanda selama 3.5 abad di Indonesia membuat segalanya runyam.

Runyam dalam artian kata untuk cari makan saja susah bagi masyarakat pribumi.

Hal inilah yang menyebabkan banyak menjamurnya segala macam pekerjaan sebagai pramuria bagi para wanita.

Tersebutlah seorang pramuria 'nyai penghibur' kelas atas zaman kolonial bernama Fientje de Feniks.

BACA : Sedang Salurkan Bantuan Makanan, Dua Prajurit TNI Gugur Ditembak OPM di Puncak Jaya, Papua

Fientje de Feniks, lahir di Batavia tahun 1893.

Tak ada silsilah keluarga yang jelas dari mana ia berasal.

Gara-gara kesusahan cari makan di zaman penjajahan, Fientje yang masih menginjak usia remaja (19 tahun) sudah harus terjun ke dunia malam menjadi pramuria.

Ia lantas bekerja di rumah bordil milik seseorang bernama Umar.

Parasnya yang cantik membuat Fientje sangat dikenal sebagai wanita penghibur kelas atas di Batavia.

BACA : Pebulutangkis Gregoria Mariska Selalu Lakukan Hal Ini Sebelum Bertanding

Banyak pria-pria di masa itu sangat tergila-gila dengan Fientje yang dijuluki sebagai Primadona pramuria tercantik di zamannya.

Pelanggannya siapa lagi kalau bukan para petinggi 'Kompeni' yang berkocek tebal.

Salah satu Kompeni Tuan Besar Belanda bernama Gemser Brinkman salah satunya.

Brinkman adalah anggota Societeit Concordia yang merupakan kalangan sosial petinggi Belanda berpengaruh di nusantara.

Ia menjadi pelanggan setia Fientje.

Seringnya bertemu dengan Fientje membuat Brinkman menaruh perasaan kepadanya.

Benih-benih cinta kemudian tumbuh antara keduanya.

Namun saat Brinkman ingin menjadikan Fientje sebagai istri simpanannya (gundik) wanita itu menolaknya mentah-mentah.

Fientje kemudian sesumbar lebih baik dirinya jadi pramuria daripada harus jadi istri simpanan orang lain.

BACA :Raih Medali Emas, Begini Cara Defia Rosmaniar Hilangkan Rasa Gugup Saat Tanding

Mendapat penolakan dari Fientje, Brinkman geram dan berniat untuk menghabisi nyawa Fientje.

Hari Jumat 17 Mei 1912, Brinkman kemudian mendatangi lagi rumah bordil dimana Fientje bekerja.

Ia masih ngotot untuk menjadikan Fientje sebagai istri simpanannya.

Terjadilah cekcok diantara keduanya.

Hingga akhirnya Brinkman mencekik leher Fientje sampai wanita itu mati.

Selanjutnya Brinkman menyuruh seorang lelaki bernama Pak Silun beserta dua anak buahnya untuk mengarungi mayat Fientje dan membuangnya di Kali Baru.

Temuan mayat Fientje di pintu air Kali Baru sontak membuat geger masyarakat Batavia.

Pihak berwajib saat itu, Komisaris Reumpol bersama stafnya kemudian melakukan penyelidikan atas kematian Fientje.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa Fientje menjadi langganan tetap Meneer Brinkman.

Ditambah kesaksian dari seorang pramuria teman Fientje bernama Raonah yang melihat Brinkman membunuh korban dengan mencekik lehernya.

Brinkman kemudian ditangkap dan dijebloskan ke penjara akibat perbuatannya.

Ia dituntut hukuman mati.

Terungkapnya pembunuh Fientje menjadi headline media massa saat itu.

Brinkman yang frustrasi karena dipenjara dan hendak dihukum mati, ia lantas memilih bunuh diri didalam selnya.(Seto Aji/Grid.ID).