Find Us On Social Media :

Cerita Salah Satu Penari Ratoeh Jaroe Tentang di Balik Layar Opening Ceremony Asian Games 2018

By Andika Thaselia, Selasa, 21 Agustus 2018 | 12:48 WIB

Salah seorang penari Ratoeh Jaroe, Renita Setyowati membagikan pengalamannya tentang persiapan tarian yang mengundang pujian tersebut.

Laporan Wartawan Grid.ID, Andika Thaselia Prahastiwi

Grid.ID - "Aku gak nyangka kami dulu bisa tahan dijemur di bawah matahari, sesek pake baju berlapis-lapis, pulang malem pun kita pernah apalagi mendekati hari h jadwa latihan makin padat, capek nangis, ngerasa kok ini ga selesai2."

Jutaan pasang mata pemilik jutaan hati bangsa Indonesia masih belum bisa move on dari megahnya Opening Ceremony Asian Games 2018.

Sebanyak 45 kontingen negara peserta Asian Games 2018 disuguhi pertunjukan terbaik karya anak bangsa.

Salah satunya adalah Tari Ratoeh Jaroe, yang merupakan tarian tradisional dari Aceh.

BACA : Disambut Histeris, Jokowi Hadir dalam Final Cabang Olahraga Renang

Dibilang epik, jelas epik karena tarian bersifat masif ini dibawakan oleh ribuan pelajar-pelajar terpilih dari Ibu Kota.

Sebanyak 1500 penari yang tampil, semuanya berasal dari 20 Sekolah Menengah Atas yang ada di Jakarta.

Di bawah komando Denny Malik dan Dede Syahputra, 1500 pemudi tadi membawakan gerakan demi gerakan dengan kompak.

Beragam display mulai dari papan catur sampai bunga, memuaskan mata penonton, atau istilah kerennya 'eyegasm'.

BACA : Ini 5 Perbedaan Asian Games 1962 dan 2018, Begini Opening Ceremony-nya

Banyak yang bertanya-tanya, bagaimana bisa membawa ribuan remaja-remaja ini sedemikian kompak hingga menghasilkan tarian yang dinamis?

Salah seorang penari Ratoeh Jaroe bernama Renita Setyowati berbagi pengalamannya melalui sebuah rangkaian kicauannya di Twitter melalui akun @coketaeil.

Secara runtut, siswi SMA 78 Jakarta ini menceritakan tentang kesan-kesannya menjadi satu dari 1500 penari, sampai perjuangan berjemur di bawah terik sinar matahari sebelum akhirnya berbuah manis dari tepuk tangan yang mengiringi akhir penampilan mereka.

Awal mulanya, Renita mendaftar melalui form yang disebar di sekolahnya.

BACA : Korea Utara dan Selatan Adakan Reuni untuk Keluarga yang Terpisah Sejak Perang Korea 1950-1953

Ia harus mengikuti seleksi dari 100 orang menjadi 81 orang, dengan kompisisi 75 orang berada di tim inti dan 6 orang sebagai cadangan.

Kepada Grid.ID, Renita menjelaskan bahwa saat itu ia berhasil lolos ketika peserta tersisa tinggal 5-8 orang saja.

Latihan pun dimulai dan dilakukan secara bertahap.

Yang pertama, masing-masing peserta dari sekolah melakukan latihan mandiri selama satu bulan, dilakukan setelah usai jam pelajaran.

BACA : Permohonan Maaf Mariska Halinda Atlet Taekwondo yang Gagal Lanjut ke Semifinal

Bukan hanya pada hari biasa, mereka juga tetap berlatih di musim ujian, tak terkecuali di bulan puasa.

Latihan mandiri ini juga dirasa Renita cukup berat karena mereka harus menghafal lagu, hitungan ketukan, hingga perpindahan gerakan.

Penekanan latihan dilakukan pada bulan April sampai Mei, sebelum akhirnya mereka dilatih dalam grup besar di bulan Juni bersama 750 orang lainnya.

BACA : Video Detik-Detik Kemenangan Tiara Andini Prastika, Penyumbang Medali Emas Cabor Downhill Putri di Asian Games 2018

Latihan ini bisa dibilang adalah pengorbanan terbesar mereka, karena penari wajib berlatih dari pukul 13.30 WIB sampai 17.30 WIB.

Pada saat latihan bersama grup besar ini, masing-masing peserta diberi pakaian khusus yang wajib dikenakan sebagai penanda dalam menentukan posisi.

Selain itu, mereka juga diberi kostum sementara untuk latihan 'berganti baju' pada saat pementasan nanti.

Setiap peserta juga diberi lembaran berupa data posisi dan formasi mereka masing-masing saat tampil di panggung.

BACA : Wanita Inggris Ini Jatuh dari Kapal Pesiar dan Bertahan Selama 10 Jam di Lautan

Dari berbagai formasi, mungkin yang menjadi favorit Renita adalah formasi terakhir di mana para penari membentuk display berupa bendera merah putih raksasa.

Bahkan saat membentuk formasi ini, Renita menuliskan bahwa dirinya tak bisa lagi menahan haru.

"Jujur aja pas bagian ini aku udah mewek air mataku bleberan," tulisnya.

Sebulan setelah latihan di grup besar mereka baru mulai berlatih di Stadion Gelora Bung Karno.

BACA : Inilah Sosok 4 Pebasket Jepang yang Dipulangkan dari Asian Games karena 'Main' ke Daerah Prostitusi di Jakarta

Pengorbanan selanjutnya, Renita menambahkan, ia harus minta jam dispensasi pada sekolah karena waktu itu bertepatan dengan jam belajar.

Satu hal yang tak dilupakan oleh Renita adalah saat momen sesaat sebelum pentas, terdapat salah satu penari yang jatuh sakit.

Setelah penari tersebut mendapatkan penanganan tim medis, rekan-rekan satu timnya meneriakkan kata semangat agar mereka tetap bisa tampil maksimal.

Sempat merasa lelah dengan latihan yang mereka jalani, semangat Renita dan kawan-kawan kembali menyala setelah Denny Malik mengatakan pada awak media bahwa dia bangga dengan progres yang dialami para penari.

BACA : Tak Hanya Uang 50 Juta dari Hotman Paris, Inilah 5 Deretan Hadiah Lainnya yang Diterima Joni Si Pemanjat Tiang Bendera

Serentetan kisah Renita ini ia bagikan pada 19 Agustus 2018, sehari setelah pembukaan Asian Games 2018.

Rangkaian kicauan Renita ini sudah viral di jejaring sosial Twitter, dibagikan melalui 4.700 lebih retweet dan 5.000 lebih likes.

Banyak yang menyambut positif kisah yang dibagikan oleh Renita ini.

Tak sedikit yang salut dengan kegigihan para penari Ratoeh Jaroe hingga bisa menampilkan tarian yang begitu apik.

BACA : Tak Hanya Uang 50 Juta dari Hotman Paris, Inilah 5 Deretan Hadiah Lainnya yang Diterima Joni Si Pemanjat Tiang Bendera

Apakah kamu salah satunya? (*)