Laporan Wartawan Grid.ID, Lalu Hendri Bagus
Grid.ID - Anggaran Dana Desa yang digelontorkan pemerintah pusat, melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada seluruh desa di Indonesia, dirasakan manfaatnya oleh warga desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Kamis (20/9/2018) Grid.ID mengunjungi Desa Cupunagara dan melihat secara langsung pemanfaatan Dana Desa di desa yang dikelilingi oleh tiga Gunung, yakni Gunung Canggah, Gunung Gede dan Bukit Tunggul tersebut.
Kepala Desa Cupunagara, Wahidin Hidayat saat ditemui Grid.ID mengatakan, desa yang ia pimpin mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan adanya Dana Desa.
Desa yang berada di ketinggian 1800 MDPL itu pertama kali mendapatkan alokasi Dana Desa pada tahun 2015 dan jumlahnya terus meningkat sampai tahun 2018.
"Dana Desa kita dapat dari tahun 2015 mulai awal besarnya kisaran 300 juta, 2016 kita dapat 700 juta, 2017 menjadi 940 juta dan 2018 ini kita dapat sekitar 1,1 miliar," ujar Kepala Desa Cupunagara, Wahidin Hidayat, saat berbincang dengan Grid.ID.
Anggaran Dana Desa digunakan untuk membangun berbagai fasilitas publik yang bermanfaat untuk masyarakat desa.
Seperti drainase lingkungan, tembok penahan tanah, akses pelestarisasi jalan kampung, jalan produksi tani, hingga aspal hotmix.
Bahkan Wahidin Hidayat mengatakan setelah puluhan tahun jalanan hanya berupa tanah dan batu yang curam, berkat Dana Desa kini masyarakat Cupunagara merasakan Aspal hotmix di desa mereka.
"Aspal, Drainase saluran lingkungan ada juga ke TPT (Tembok Penahan Tanah), akses pelestarisasi jalan jalan lingkungan dan jalan produksi tani, setelah puluhan tahun kami akhirnya merasakan aspal di desa kami," tutur Wahidin Hidayat.
Jalan desa Cupunagara yang kini mulus berhasil menurunkan biaya logistik untuk mendistribusikan barang barang pertanian ke luar desa, ongkos kirim barang-barang pertanian turun setengahnya, sebelum jalan di aspal masyarakat harus membayar 1000 rupiah per kilogram barang kini hanya membayar 500 rupiah.
"Jelas perubahan sangat signifikan terhadap perekonomian warga, disini mayoritas petani, jadi perbaikan jalan sangat berpengaruh lebih cepat diangkut ke pasar dan menurun cost transportasi karena jalan udah bagus, ongkos dari 1000 rupiah per kilogram, sekarang jadi 500 rupiah," ujar Kepala Desa Wahidin Hidayat.
Tak hanya disektor insfrastruktur, Dana Desa yang digelontorkan untuk Desa Cupunagara juga dimanfaatkan untuk memberdayakan perekonomian warga, Desa Cupunagara membangun Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes Mukti Raharja.
BUMDes Mukti Raharja mengelola dua unit usaha yaitu Kopi dan Air Galon Isi Ulang, Ketua BUMDes Mukti Raharja, Risma Wahyuni Hidayat menceritakan awal mula berdirinya badan usaha yang memberdayakan perekonomian masyarakat Cupunagara itu.
Risma bersama 5 orang pemuda Cupunagara bertugas mengelola BUMDes Mukti Raharja, unit usaha kopi dan air galon isi ulang disebutnya sebagai potensi yang ia lihat dapat dikembangkan di Cupunagara.
"BUMDes mengelola dua unit usaha yaitu kopi desa dan air galon isi ulang. BUMDes dikelola 5 orang pemuda Cupunegara, kita unit usahanya berdasarkan potensi lokal unit desa, kita jadikan salah satu unit usaha," ujar Risma Wahyuni Hidayat.
BUMDes Mukti Raharja tergolong sukses, meski baru seumur jagung, BUMDes Mukti Raharja yang didirikan pada November 2017 itu sudah dapat memberdayakan para petani kopi. . Risma mengatakan banyak potensi yang dimiliki oleh desanya namun masyarakat desa belum mengerti cara untuk mengelola potensi tersebut, sehingga peran BUMDes sangat penting.
"Potensi disini itu banyak tapi kebermanfaatanya itu belum dirasakan oleh masyarakat banyak jadi dibuatlah BUMDes," tuturnya.
Sebelumnya warga desa yang memiliki kebun kopi menjual hasil kebunnya kepada tengkulak dengan harga yang rendah, namun semenjak adanya BUMDes, hasil dari perkebunan kopi warga dibeli oleh BUMDes dengan harga yang lebih tinggi, kemudian BUMDes mengolah sedemikian rupa hingga dapat meningkatkan nilai jual, kopi yang sudah diolah itu kemudian diberi nama Kopi Canggah, nama itu diambil dari nama gunung tertinggi di Subang.
"Kenapa usahanya kopi dan air, karena disini air kita banyak, kalau kopi disini emang kita banyak pohon kopi sebelumnya hanya dijual gelondongan. nah kenapa gak kita olah aja. kita proses kopinya. sampai kita bisa punya brand kopi sendiri, namanya Kopi Canggah" ujar Risma.
Menurut Risma sejak berdirinya BUMDes yang memberdayakan para petani kopi, ia dan rekan rekannya gencar memberikan pelatihan kepada para petani, soal bisnis pun dibahas dalam pelatihan tersebut, warga yang dulunya bekerja serabutan kini sudah memiliki penghasilan tetap dengan menanam kopi.
"Saya liat mereka mulai melek tentang bisnis yang semula stagnan sekarang mulai melek tentang bisnis, karena kita juga terus ajak masayarakat untuk terlibat, ini kan jadi lapangan kerja juga buat mereka, awalnya masyarakat sini hanya kerja serabutan aja. tapi setelah adanya usaha BUMDes kesejahteraan masyarakat jadi meningkat," terangnya.
Peningkatan kesejahteraan petani kopi itu diakibatkan oleh harga jual kopi yang lebih tinggi setelah diolah.
"Awalnya harga kopi kisaran 7 ribu per kilogram sebelum diolah, setelah diolah jadi 90 ribu," ujar Risma.
Salah seorang petani kopi di Desa Cupunagara bernama Abah Cucu mengatakan ia sangat terbantu dengan adanya BUMDes, ia yang dulu menjual hasil dari perkebunan kopi miliknya ke tengkulak dengan harga rendah kini dibeli BUMDes dengan harga yang lebih tinggi, otomatis kesejahteraanya dan para petani kopi lainnya di desa berpenduduk 4.957 jiwa itu meningkat.
"Dulu dijual ke tengkulak sebelum saya mengerti tentang kopi saya jual ke tengkulak saja. sekarang kita dibeli semua sama BUMDes. harganya lebih tinggi dibeli sama BUMDes," ujar Abah Cucu yang mulai menanam kopi arabica sejak tahun 2014 tersebut.
Abah Cucu terlihat sangat senang dan antusias saat membicarakan keberadaan BUMDes yang memberdayakan para petani kopi di Desa Cupunagara, kini ia pun dapat membuka pekerjaan buat orang lain, hal lain yang ia rasakan setelah adanya BUMDes ia dan para petani kopi lainnya mendapat pelatihan markering.
"Dengan adanya BUMDes kita dibantu karena kita awam di pemasaran marketing, peningkatan kesejahteraan berasa, kalau dulu penghasilan 1,5 juta per bulan sekarang jadi 2 juta dan bisa pekerjakan orang lain juga yang membutuhkan pekerjaan," terang Abah Cucu.
Kopi Canggah asal Desa Cupunegara telah memiliki pelanggan tetap dari berbagai kedai kopi.
Angga Maulana, dan Deden Aditya Ramadhan dari Cafe BlackHood Subang, adalah pelanggan setia Kopi Canggah.
Ia mengatakan Kopi Canggah dari Desa Cupunegara memiliki kelebihan dari kopi di Jawa Barat lainnya, hal itu membuat Cafe BlackHood memilih Kopi Canggah sebagai menu utama yang dikenalkan kepada para penikmat kopi. "Kalau misal dari rasa untuk kopi Canggah beda dengan kopi jawa barat lainnya jadi bikin penasaran orang, kita di kedai cuma pakai kopi canggah," ujar Angga Maulana pemilik Cafe BlackHood. "Kalau saya sih optimis Kopi Canggah bakal berkembang, saya kenalin ke Bandung kalau untuk respon untuk rasa ini manis dan unik beda dari kopi jawa barat yang lainnya," sambungnya.
BUMDes Mukti Raharja, kedepannya ingin terus melihat potensi desa yang dapat dikembangkan, rencananya BUMDes juga akan membuat sebuah Packing House dimana hasil perkebunan warga akan dikemas terlebih dahulu lalu dijual ke pasaran sehingga harga menjadi lebih tinggi. "Rencana kedepan kita bakal membangun unit usaha yang lain di pertanian Tomat Selada, Buncis, Kol, Terong Jepang, Kol, Kentang, Ubi, kita buat packing house hasil kebun dijual ke end user," tutur Ketua BUMDes, Risma Wahyuni Hidayat. Desa Cupunagara juga memiliki potensi wisata yang potensial untuk dikembangkan, saat ini warga bergotong royong membangun kawasan Puncak Eurad sebagai objek wisata di desa mereka.
Atas berbagai kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang dirasakan masyarakat desa yang ia pimpin, Kepala Desa Cupunagara, memberikan pujian atas program Dana Desa yang disalurkan ke desa desa terpencil seperti Cupunagara. "Luar biasa setelah ada program Pak Jokowi Nawacita membangun dari pinggiran luar biasa dampaknya terhadap pembangunan di desa. Dari jalan yang udah di aspal, dari kebun pentani kita lebih diberdayakan, masyarakat lebih sejahtera," pungkasnya.
(*)