Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan
Grid.ID - Patung Garuda Wisnu Kencana (GW) yang mangkrak selama 28 tahun akhirnya berdiri juga.
Pembangunan GWK telah dimulai sejak tahun 1997.
Sedangkan gagasan awalnya muncul pada tahun 1989 untuk menggunakan kawasan perbukitan kapur di Ungasan, Jimbaran, Bali yang tidak produktif.
Adalah Nyoman Nuarta, seniman sekaligus desainer GWK yang mengalami pasang surut bersama patung yang kini telah berdiri megah itu.
Dilansir dari Kompas.com, Nyoman Nuarta awalnya memiliki 82 persen saham atas GWK.
Seiring berjalannya waktu, Nuarta tidak sanggup mempertahankan kepemilikan saham tersebut.
Baca Juga : Pendaftaran CPNS 2018, Inilah Jenis dan Ukuran File yang Harus Diunggah ke SSCN
Akhirnya, tahun 2012 saham GWK diakuisisi PT Alam Sutra Realty Tbk.
Meski demikian, Nuarta tetap bertanggung jawab sebagai seorang seniman.
Ia merasa wajib menyelesaikan janjinya seperti 28 tahun yang lalu.
Di bawah naungan PT Siluet Nyoman Nuarta, ia mengawal investor supaya taat pada komitmen menyelesaikan pembangunan GWK.
Nyoman Nuarta menemukan teknik cor las dengan rumus pembesaran skala patung yang rumit.
Teknik itu sudah ia patenkan.
Patung GWK sendiri adalah salah satu patung tembaga dengan teknik cor las terbesar di dunia.
Baca Juga : Najwa Shihab: Kepercayaan Diri Syahrini Sudah Seperti Ratu Sejagat
Nyoman Nuarta mengungkapkan rasa harunya ketika melihat patung GWK bisa diselesaikan.
Kepada Kompas.com, ia menuturkan, "tentu berbahagia, janji saya kepada bangsa bisa saya rampungkan."
"Kemarin, kan, anak-anak yang bertahun kerja sama kami, waktu itu kami masih muda-muda. Dulu (mereka) datang masih kecil-kecil, sekarang rambutnya sudah pada putih, saya lihat mereka malah jadi pengin menangis, 28 tahun waktu yang cukup panjang," ujarnya.
Nyoman Nuarta juga mengatakan bahwa tak sedikit orang yang meragukan niatnya menyelesaikan patung GWK.
"Memang jarang sih orang bertahan 28 tahun. Saya sering disebut orang gila, tapi bagi saya janji itu utang yang harus saya tebus," ucapnya.
Garuda Wisnu Kencana melambangkan kehidupan dari budaya Bali yang bersifat universal dan bisa dipelajari oleh siapa saja.
(*)