"Saat itu rumah sudah ditinggal begitu saja. Kemudian dijarah. Dan hilang semuanya," tambahnya.
Namun anggapan Ilham salah.
Media massa semakin gencar memberitakan G30S/PKI dan dari situlah Ilham tahu jika ayahnya dianggap dalang dari peristiwa berdarah ini.
"Ternyata hari demi hari terus di pengasingan. Kami baca di koran-koran headline-nya itu terus. Pupuslah harapan kami bertemu dengan orang tua," ujar Ilham Aidit.
Lalu tibalah kabar yang paling ditakutkan oleh Ilham dan saudara-saudaranya.
Pada 23 November 1965, ia menerima kabar jika ayahnya, DN Aidit sudah ditembak mati di Boyolali, Jawa Tengah.
Setelah militer memberangus antek-antek PKI di seluruh Indonesia, masa kecil Ilham seakan terkena 'kutukan' ayahnya.
Ia sering berkelahi dengan teman sebaya yang mengejek ayahnya sebagai seorang pengkhianat negara.(*)