Find Us On Social Media :

Menyusuri Jejak Langkah Sang Pengembara (3)

By None, Senin, 1 Oktober 2018 | 13:25 WIB

Moonstar Simanjuntak

Grid.ID - Mengembara bagi  Moonstar Simanjuntak awalnya bagai mimpi. Namun mimpi itu mulai menjadi kenyataan di  tahun 2014. Berbagai peristiwa mengharukan dan ajaib pun dialaminya. Seperti apa Moonstar sang pengembara menggapai mimpinya? Ikuti kisah berikut ini

Perjalanan jejak pengembara sebenarnya saya anggap sudah selesai untuk memenuhi ego saya, Juni tahun 2016 di Timor Leste.

Banyak hal yang saya alami sehingga memutuskan untuk berhenti dan memulai untuk mencari pekerjaan, serta rencana menetap di Bali.

Dalam perjalanan menuju ke Bali, kabar duka hadir.

Mamak pergi di 14 Juni 2017, sehingga saya pulang ke Bangka ketika posisi sedang di Bandung.

Saya sempat di Bangka beberapa bulan untuk menghormati mamak saya.

Kemudian ada tawaran dari teman saya Swita sewaktu bekerja di tabloid Nova untuk menemani dirinya ke pulau Banda, cita-cita yang dia impikan.

Selesai menemani Swita, kami berpisah di Ambon dan saya sangat mengucapkan terima kasih. 

Lewat dirinya, saya bisa menikmati indahnya pulau Banda, pantai Or,a serta keramahan orang di sana bertemu dengan Jaya yang rela menemani saya selama di Ambon.

Baca Juga : Menyusuri Jejak Langkah Sang Pengembara (1)

Berkat dia, saya aman di Ambon sambil menunggu kapal Pelni menuju Ternate dan mampir kerumah kawan di Gorontalo.

Perjalanan ini memang cenderung seorang diri karena sesungguhnya perjalanan ini dilakukan sendiri, akan tetapi saya banyak bertemu dengan orang-orang sehingga tidak merasa kesepian. 

Perjalanan dimulai ketika kapal Pelni tiba dan menuju Ternate.

Seorang teman di ternate, Ato, yang saya anggap saudara, merespon ketika saya telepon. 

Tiba di Ternate, saya numpang tinggal di tempat kosnya, dia  bekerja di sana sebagai driver.

Ato merupakan warga asli kampung Bringin Halmahera.

Tahun 2015 saya pernah tinggal disana selama 7 hari.

Kondisi keuangan saya yang kurang memadai saat itu diketahui adik tingkat saya saat kuliah, Felicia asal Manado, lewat media sosial.

Felicia sangat baik untuk merespon kondisi saya.

Kebetulan dia bersama teman-teman dari Manado ada project survey untuk pilkada di daerah Maluku utara.

Saya bertanya apakah ada lowongan pekerjaan untuk saya dan saya akan belajar menjadi surveyor.

Kemudian Felicia menjamin  saya bisa dapat pekerjaan menjadi team survey pilkada di Marotai. 

Perjalanan dilakukan bertiga sama Felicia dan Tika, akan tetapi saat menuju marotai saya harus sendiri.

Dibilang ngeri-ngeri sedap perjalanan ini menjadi team survey lokasi antah berantah bermodal berani, jujur dan tanggung jawab di emban harus ada data untuk 10 orang acak di tiap rt harus diwawancara.

Beberapa hari di Marotai desa ini akhirnya tugas selesai akan tetapi banyak curiga dari warga bahwa saya salah seorang team sukses dan ada juga ingin meminta imbalan.

Pokoknya pekerjaan ini ada risikonya dan harus dijalani karena untuk 10 wawancara ini saya mendapatkan 500.000.

Saya bisa menyeberang ke Bitung dan lanjut ke Gorontalo.

Setelah pekerjaan selesai saya dapat gaji melanjutkan perjalanan menuju Bitung dengan kapal ferry.

Sampai di Bitung, saya langsung mencari bus sampai ke Manado.

Di Manado, adik tingkat saya membantu untuk menjamin bisa tinggal di kampus  dan tidur bersama Edwin Tumoka, anak Ukm artsas serta dikenalkan dengan ketuanya. 

Di sana berasa seperti mahasiswa ruang Ukm ini sangat pojok dan kadang ada mahasiswi dan mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Manado yang lewat sehingga kopi pahit ini terasa manis dan mengingat masa kuliah.

 Perjalanan kembali dilanjutkan menuju Gorontalo, saya kontak Rahmat, teman saya.

Tas digunakan sangat besar jadi lebih enak menggunakan bus menuju ke sana sehingga nyaman.

Bus perjalanan menuju gorontalo berangkat pagi dan tiba sore hari di sana.

Sampai disana, keluarga kawan saya ini sangat baik memberikan kamar AC sehingga saya bener-bener break di Gorontalo, di rumah kawan saya, Rahmat.

Seperti biasa ada saja yang bertemu dengan saya, kali ini amanya Fahri, salah seorang anak muda yang bekerja di pertamina dan kos di sini.

Baca Juga : Menyusuri Jejak Langkah Sang Pengembara (2)

Dia mengajak saya mencoba makanan enak di Gorontalo dan tempat wisata ala traveller.

Hampir beberapa minggu kawan baik saya Mike, dulu sempat satu kantor juga di tabloid nova danberprofesi sebagai photographe,r mempunyai rencana sama mau merantau ke Bali. 

Kemudian kawan saya ini tiba di Gorontalo dan sempat merasakan udara panas serta keindahan bawah lautnya.

Beberapa hari di Gorontalo kami melanjutkan perjalanan ke pulau Togean salah satu destinasi favorit orang-orang kalau ke Sulawesi.

Perjalanan menggunakan kapal ferry malam dan tiba pagi di Wakai Togean.

Tiba di sana bingung mau kemana, saya mencoba menggunakan feeling untuk mencari salah satu Babinsa ( Bintara Pembina Desa) di wakai yang pernah menyelamatkan saya dari kapal karam di togean 2015 lalu.

Akhirnya dengan modal nama pak karno ojek mengantarkan ke rumah bapak karno dan sempat berbincang.

Awalnya beliau bingung dengan siapa saya, namun  setelah saya cerita bahwa dia pernah menyelamatkan saya waktu kapal karam, sang bapak langsung ingat dan saya mengucapkan terima kasih.

Kali ini lewat bapak Karno, saya mendapat tempat inap sangat ekonomis untuk beberapa hari.

Kemudian bapak karno membantu saya  menikmati beberapa pulau indah di Togean dengan beliau meminjam kapal temanya dan hanya bermodal beli bensin dan makanan kami bisa menikmati keindahan pulau togean hingga malam.

Setelah merasa cukup di Togean, kami pisah dan lanjut menuju ampana dan dari sana ada rencana menuju Palu.

Di sana ada kawan saya Mashar tinggal dan saya berencana menetap beberapa hari sekaligus reuni karena dia  merupakan kawan baik waktu menjadi mahasiswa.

 Beberapa hari menikmati Palu, kawan saya mengajak ke salah satu pantai terbaik yaitu pantai Donggala.

Kawan saya berenang bersama anaknya, Mike juga menikmati keindahan pantai Donggala.

Beberapa hari di Palu, langkah dipercepat ke Bali karena waktu itu ada informasi bahwa gunung agung status awas.

Langsung mencari tiket dan besok saya sama kawan saya Mike mencari tiket dari Palu ke Makassar.

Dari Makassar saya menuju Bali besok paginya.

Sebelum menuju bandara, ada informasi paus terdampar di Palu sehingga menyempatkan diri memotret dan mengirimkan foto buat Ajeng, salah satu kawan waktu di tabloid Nova dan menjadi salah satu editor di salah satu agency photo.

Dari sana mulai pekerjaan sebagai photographer lepas mulai ada dan rencana mau hidup normal dibali semakin kuat.

Tiba di Makassar malam hari, saya menunggu pesawat subuh dan mencoba kontak bang Mohan salah satu perwira  di kepolisian.

Beliau menerima saya menerima di rumah dinasnya di kota.

Tiba di sana dan sempat merebahkan badan subuh pagi dibangunkan beliau dan diantarkan oleh ajudannya ke bandara.

Saya terbang ke Bali pagi hari dan tiba di I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Di Bali sempat menjadi manusia normal bekerja sebagai freelance photographer di salah satu agency photo untuk memantau kejadian gunung agung yang sedang awas.

Mulai September 2017 saya memantau tentang status gunung agung hingga erupsi saya sempat menjadi bagian sejarah kejadian bencana alam ini.

Dengan adanya pekerjaan ini tidak ada lagi berfikir untuk melanjutkan perjalanan menjadi pengembara karena dengan seperti ini saya rasa cukup dan rencana menetap dibali.

14 Februari 2018 sempat mengalami kecelakaan dashyat di lokasi sekitar gunung agung. Membuat saya tidak sadarkan diri selama 3 hari di rumah sakit dan di ICU berkat sang pencipta lewat  wanita perkasa I Gusti Putu Ayu Wiyani saya bisa hidup hingga sekarang.

Di lokasi kejadian sempat menjadi tontonan masyarakat disana karena motor plat F Ktp Bangka Belitung sehingga membuat masyarakat ragu untuk menolong.

Dari lokasi 30 menit datang seorang polisi yang baik hati pak Wayan Redana.

Beliau membawa saya dari lokasi kejadian menuju rumah sakit terdekat akan tetapi karena Bpjs menunggak satu bulan sehingga tidak di terima rumah sakit terdekat dan harus dibawa ke sanglah Denpasar.

Pak wayan mengambil nomor hp saya dan mencari kontak orang tua saya dan adik saya.

Berhubung jauh akhirnya di rekomendasi wanita hebat I Gusti Putu Ayu Wiyani yang mengurus Bpjs saya kembali aktif dan akhirnya bisa di operasi dan di rawat di rumah sakit sangglah selama 10 hari.

Kejadian ini banyak sekali di respon teman-teman kuliah, teman sekantor dahulunya dan agency photo freelance ini sehingga tidak kekurangan biaya untuk saya selama di rumah sakit.

Butuh beberapa bulan kejadian hingga pulih dari kejadian ini dan di bali sendiri saya bertemu dengan salah seorang mangku guru spiritual dekat area saya tinggal mangku wisnu.

Beliau merupakan guru sekaligus saudara sekaligus teman dalam berdiskusi tentang berbuat baik yang kau terima juga baik akan kembali. di bulan September 2018 akhrinya ada kepikiran untuk menyelesaikan perjalananan saya dengan judul sabang sampai merauke karena dahulu hanya finish di timor leste.

 7 SEPTEMBER PERJALANAN INI DIMULAI DAN FINISH DI MERAUKE 27 SEPTEMBER 2018

"Dari sabang sampai merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi Satu itulah indonesia. Indonesia Tanah airku, aku berjanji padamu. Menjunjung Tanah airku, Tanah airku Indonesia" .

Modal judul lagu ini membuat saya ingin berjalan kembali setelah selesai cita-cita ingin hidup normal di Bali.

Dengan modal berani, jujur memulai perjalanan ini menuju makassar 7 september 2018 perjalanan ini dimulai menggunakan pesawat dan tiba malam di bandara Sultan Hasanudin.

Plan di sana silaturahmi dengan komandan Brimob Sulsel Dansat Brimob Polda Sulsel, Kombes Pol. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, sekaligus saya anggap abang dan saudara.

Ketika telpon beliau ternyata abang Mohan mau menjemput saya ke bandara membuat saya tidak enak karena saya cuma menanyakan kemana saya temui abang.

Bertemu saya dan abang Mohan di bandara dengan pelukan khas beliau, kita satu mobil dan diajak ke rumah dinasnya di kota Makassar.

Dalam perjalanan beliau menyempatkan diri untuk sholat dengan ajudannya, saya menunggu di mobil.

Dulu waktu beliau menjadi komandan Brimob di Bangka Belitung, saya pernah jalan dengan beliau dan melakukan hal yang sama. Saya lakukan menunggu beliau melakukan sholat.

Tiga hari saya di Makassar di rumah dinas beliau tinggal dan sempat merasakan kuliner makasar serta wisata ke pulau terdekat di makasar.

Saya hanya bisa mendokumentasikan abang ini dengan kemampuan saya karena pikiran sederhana saya hanya bisa photo dan lewat ini saya bisa membagikan untuk beliau.

Beberapa hari dimakasar saya rencana melanjutkan perjalanan menuju Toraja untuk menemui keluarga abang elwin yang dulu 2015 perjalanan saya ditampung di rumahnya di kampung bokin toraja.

Perjalanan menuju Tanah Toraja menggunakan bus malam dari makasar ajudan bang mohan ade dan rully mengantarkan ke terminal dan menunggu bus di sana berangkat pukul 20.00 wita. Tiba di Tanah Toraja subuh.pukul 05.00 wita sampai di tempat ojek pangkalan.

Bermodal nama bang elwin Saya memberanikan diri kekampung bokin yang jalanan akses menuju kesana tidaklah gampang karena jalanan mendaki dan bebatuan.

Ojek untuk kesana dengan penawaran agak panjang di harga 70 ribu karena posisi masih subuh dan hanya beberapa orang saja ojek yang ada di pangkalan. Pikiran sederhana yang penting sampai dan bertemu saya jalani.

Ojek hanya sampai di ashar dan harus jalan kaki ke rumah Bang Elwin sekitar 2 km.

Sedikit lupa jalan karena dulu pertama kesini 2015 akan tetapi tiba juga di rumah abang elwin.

Ketika sampai dan bertemu dengan bang elwin masih ingat saya dan sempat bercerita untuk mengingat memori dulu.

Berkenalan di pasar dengan bang Elwin trus ikut keluarga mereka ke acara perkawinan dan pulangnya dia bertanya nginap dimana dan saya jawab tidak ada dan abang menawarkan tempat tinggal dirumahnya kampung Bokin.

Untuk mengingat memori dulu ijin duduk di belakang rumahnya untuk minum kopi buatan istrinya. Tidak ada yang berubah masih nikmat untuk menikmati kopi dan pemandanganya.

Dan diberikan menikmati kampung ini kembali walaupun cuma satu hari saya sangat menikmati dan mengingat kebaikan abang elwin yang luar biasa bisa menerima orang baru dia kenal dan mempersilahkan saya hidup di rumahnya.

Setelah menikmati dan mengingat memory saya harus ke kota karena berhubung tiket pesawat munuju ke jayapura lusa membuat saya harus turun ke kota toraja dan mencari bus menuju makasar kembali. sampai pagi disana sempat niat cari kopi dan nongkrong di daily coffe.

Saking lupa waktu memilih photo dan mengirimkannya untuk salah satu majalah ternyata sudah sore dan rencana ke palopo tempat teman di waktu kuliah tertunda karena travel sudah tidak ada.

Rencana masih sisa satu hari bingung dan bertanya kepada Andi salah satu Barista di sini dan samsul kakaknya mengurusi bagian makanan di café ini menawarkan menginap disini saja dan besok mungkin cari ojek menikmati rantepao katanya.

Niat baiknya saya terima dan nginap semalam di cafe ini dan besonya menikmati kebun kopi toraja melihat kopi toraja dijual dipasar.

Saya sangat terima kasih untuk kepedulian andi dan samsul untuk memberikan saya istirahat enak kemarin malam di Daily Coffee Terminal Bolu Rantepao.

Semoga kebaikan kalian berdua akan ada masa dimana kalian memetiknya suatu saat nanti.

Dan malam ini perjalanan menuju makasar dilanjutkan.Tiba di makassar subuh dan melanjutkan perjalanan ke rumah abang mohan pamit dikarenakan pesawat menuju jayapura malam masih dipersilahkan istirahat di rumah dinas beliau.

Malam hari sebelum diantarkan adhe dan adit ajudan bang mohan ke bandara saya diberi 5 wejangan untuk hidupku kedepan ingat ya Moonstar,

Kenali diri sendiri, Kenali lingkunganmu, Prioritas, Siasat, dan Peduli. Perjalanan ini subuh tanggal 14 sepetember dilanjutkan menuju Jayapura - Sentani.

JAYAPURA

Pesawat tiba di Jayapura pagi pukul 08.00 wita saya menggunakan damri menuju kota jayapura dari bandara sentani.

Karena lokasi bandara dengan kota cukup jauh dan saya tidak mau menyusahkan kawan saya ekie untuk menjemput.

Tiba di jayapura kota ekie menjemput saya dan sempat mampir dikantornya setelah itu minum kopi wamena papua kita bernostalgia.

Kemudian saya diantarkan tinggal di kost kawan saya ekie yang tidak dia tempati karena tinggal di mess bersama petingginya.

Ekie merupakan pekerja keras sehingga beliau telp saya kalau hari ini tidak bisa mampir tapi besok pagi jam 09.00 wita siap-siap ya kita jalan menuju perbatasan Papua New Guinea .

Besok pagi ekie menyempatkan seharian jalan-jalan tujuannya untuk saya merassakan apa yang dia rasakan bisa bertahan di jayapura ini selama 2 tahun.

Di perbatasan indonesia Papua New Guinea  perjalanan cukup jauh 1 jam perjalanan dan ekie menunjukan spot dimana di dalam are papua new gini dia berdiri melihat salah satu desa di pinggir pantai dan masih banyaknya hutan di area ini.

Setelah menikmati perbatasan sempat minum kelapa muda dengan view pulau kecil dan hamparan lautan di area skyline. Untuk terakhir ketika sore ekie mengajak melihat kota papua dari ketinggian lapangan golf kodam cendrawasih XVII.

Setelah puas melihat jayapura dari pengalaman kawan saya tinggal selama 2 tahun disini beliau ngajak saya ngopi dan berpesan di akhir cerita.

Kenapa saya betah di sini sudut yang saya ajak kepada dirimu itulah yang membuat saya betah.

Karena menurut saya yang membuat saya tenang hanya area itu ketika saya suntuk dengan pekerjaan. Jayapura membuat saya belajar banyak dari kawan saya Ekie.

Kawan ini orang hebat dalam proses belajar mengenali dirinya sendiri, sejak 2010 berpetualang bekerja di special Bagian Timur Indonesia.

Kali ini sudah 2 Tahun Bertahan di Jayapura.

Saya beberapa hari ini sendiri erkeliling Jayapura dan melihat nyata kondisi di sini.

Saya cuma bisa acungkan jempol kawan ini bisa bertahan 2 tahun di sini karena basicnya kawan ini besar kecil di Bandung dan memutuskan hidup jauh dari orang Tua dan pergaulan kota Bandung untuk bekerja.

Banyak yang di korbankan untuk semua yang dijalaninya termasuk pasangan hidup.

Cerita yang kami miliki hampir sama sehingga walaupun kami tidak setiap hari bertemu akan tetapi kami seperti teman lama.

 Curhatan kami tentang pergulatan mengenali diri sendiri cuma jalan hidup yang berbeda.

Seminggu sudah dijayapura saya memutuskan untuk menyelesaikan perjalanan ini karena tujuan saya merauke.

 20 September pesawat siang saya menuju merauke dari bandara sentani yang diantarkan kawan saya ekie.

Sempat ngopi bersama kawan saya balik ke jayapura karena pekerjaan dan saya menunggu perjalanan ini hingga berangkat pesawat pukul 10.00 wita.

MERAUKE

Pesawat tiba di merauke sekitar pukul 12.30 wita dan saya sempat bingung mau kemana.

Sebenarnya teman saya okto merekomendasikan saya ke temannya arif salah satu polisi satu angkatanya pendidikan yang bertugas di merauke kebetulan Arif bertugas ke pedalaman merauke saya direomendasikan ke gunawan salah satu junior arif di polres merauke.

Singkat kata saya kontak gunawan dan dia menjemput saya ke bandara. Kemudian saya mengungkapkan tujuan saya untuk menyelesaikan perjalanan ini di titik o merauke.

Niat saya disambut baik oleh kawan ini kebetulan gunawan kecil besarnya di sota perbatasan Merauke dan Papua New Guinea

Setelah makan saya diajak Gunawan kerumah dinas yang dia tinggal bersama kawanya satu angkatan.

Saya izin numpang tinggal dan mereka welcome.

Besok paginya saya diajak berjalan oleh Gunawan naik sepeda motor menuju perbatasan di Sota.

Sebelumnya sempat mampir di tempat orang tuanya Gunawan yang sudah 11 tahun hidup disana dan berjualan bakso.

Sempat merasakan bakso yang enak ini yang duduk di warung ini beragam jenis profesi orang. Orang papua, militer, karyawan suka dengan rasa bakso orang tua gunawan bahkah ada yang tahunan menjadi pelanggan di warung ini.

Setelah mencicipi bakso dan ngobrol dengan orang tua gunawan dia mengantarkan saya menuju titik o merauke-sabang.

Tidak ada yang bisa saya ucapkan, hanya ucapan syukur kepada Tuhan bahwa saya berdoa untuk perjalanan ini sudah cukup bagi saya.

Sempat berfoto dan menikmati bagian perbatasan ini hingga kembali ke warung orang tua gunawan.

Beberapa saat istirahat dan kemudian gunawan mengajak saya kembali pulang me merauke kota.

Di dalam perjalanan banyak pemandangan sarang semut yang menjadi khas merauke dan beberapa kondisi jalanan yang sedang dalam perbaikan.

Setelah sampai malam di merauke kota saya sempat berfikir untuk selesai sudah perjalanan ini dan pikiran rencana pulang ke bali dan memulai hidup biasa saja tidak mengembara lagi. Kemudian ada kapal pelni dan rencana mengingat memory untuk naik kapal.

Berhubung satu minggu hanya sampai kupang jadi saya putuskan memesan pesawat saja. Tiket dari merauke sangat mahal menuju Bali jadi saya harus tertahan 4 hari lagi disini dan setelah itu pulang ke bali.

Selama beberapa hari disini saya sangat beruntung diajak Gunawan menikmati sunset indah diujung timur Indonesia dan malamnya menikmati bulan purnama.

Saya rasa lebih dari cukup perjalanan ini dikarenakan hanya impian saya titik 0 tapi malah diberikan pemandangan yang luar biasa.

Gunawan salah satu orang di dalam letting kepolisian ini yang rela menjadi Saudara Saya saat ini Merauke.

Pertemuan dan pertemanan ini oleh hubungan baik yang terjalin dengan saudara Okto yang bekerja sebagai korps Brimob di perbatasan Atambua Timor Leste.

Dulu perjalanan 2015 saya finish di sana dan kenal dengan kawan ini dan sekarang dia membantu menyelesaikan perjalanan ini dengan kenalannya satu angkatan di kepolisian di Merauke.

Okto menjamin dirinya untuk saya diterima di Merauke lewat Arif satu letting NTD dengan dirinya di Nusantara. Arif sedang dinas ke pedalaman Merauke sehingga di rekomendasi Gunawan adik tingkatnya untuk menerima Saya di Merauke.

Singkat cerita Saya bermodal Jujur dan Berani menyampaikan maksud dan tujuan saya akhirnya saya di terima.

Satu minggu saya di Merauke tinggal di rumah dinas jl. Trikora Merauke. Di situ saya mulai menanam kepercayaan dan sikap berbagi dengan Gunawan.

Bahwa saya hanya ingin menyelesaikan Ego. Gunawan memiliki jiwa yang dewasa sehingga setiap Kita berdiskusi selalu nyambung.

Pertemuan kami memang singkat tapi yang dilakukan satu sama lain punya kejujuran dan ketulusan dalam berbagi.

Terima kasih S440dara untuk satu Minggu di Merauke ini. Engkau membuat diri saya yakin bahwa frekuensi itu memang sudah di atur alam ini, termasuk bertemu dengan dirimu, keluargamu di sota lewat Bapakmu memberikan wejangan yang sungguh luar biasa.

Gunawan juga rela mau mengantarkan berkelana di Merauke walaupun saya tidak meminta tapi kesadaranmu sungguh luar biasa S440daraa. Kesimpulan saya kita bersaudara Sabang - Merauke 

"Tapi ingat dimana dirimu dilahirkan, Dimana posisi dirimu hidup mencari makan. Semuanya patut dipikirkan Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung" Bapak Gunawan berpesan.

Terima kasih Alam Semesta untuk memberikan Saya kesempatan untuk menyelesaikan perjalanan ini.

Akhir kata pelajaran 3 tahun perjalanan ini Sabang-Merauke mengalami banyak sekali dilema.

Tapi kata-kata dari sebuah film inspirasi saya, In to The Wild “KEBAHAGIAAN AKAN NYATA KETIKA KAMU BERBAGI” 

Berbagi yang kamu mampu bukan segalanya tentang uang.

Tentang pengalaman, profesi, canda hiburan apapun itu.

Ujung timur Indonesia Merauke .

Salam Pengembara