Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan
Grid.ID - Rupiah kembali melemah nilainya terhadap mata uang dollar Amerika Serikat.
Selasa (2/10), nilai tukarnya menembus level Rp15.000 per dollar AS.
Dilansir dari Kompas.com, nilai tersebut adalah yang terendah sejak krisis moneter 1998.
Rupiah diperdagangkan pada level Rp15.025 per dollar AS.
Padahal di posisi pembukaan, nilainya Rp14.945 per dollar AS.
Artinya, nilai rupiah melemah 114,5 poin atau 0,77 persen.
Baca Juga : Ketika 'Crazy Rich Surabayan' Ramai-ramai Tukarkan Dollar Mereka ke Rupiah Demi Negara
Pelemahan nilai rupiah disebabkan oleh sentimen terhadap aset negara-negara berkembang dan harga minyak dunia yang melonjak.
Sepanjang tahun 2018 saja, rupiah melemah hampir 10%.
Kenaikan suku bunga acuan AS juga mendorong penguatan nilai tukarnya terhadap mata uang negara lain.
Khoon Goh, Kepala Riset ANZ Banking Group Singapura menuturkan bahwa jika sentimen terus berlanjut, rupiah bisa terus melemah hingga level Rp15.200 per dollar AS.
Industri makanan dan minuman akan ikut mengalami dampak dari pelemahan rupiah.
Diberitakan oleh Kompas.com, jika kurs tak kunjung membaik, kenaikan harga diperkirakan terjadi di akhir 2018 atau awal 2019.
Baca Juga : Nilai Rupiah Melemah, Presiden Joko Widodo Tekan Laju Impor
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah yang paling merasakan dampak menguatnya dollar AS.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman belum dapat memastikan sebesar apa kenaikan harga.
Namun ia menyebutkan bahwa harga tidak akan naik terlalu besar karena khawatir sebabkan inflasi.
Penyumbang inflasi terbesar dan makanan dan bahan makanan.
Semua itu bisa dicegah jika pemerintah membenahi regulasi dan memberi kompensasi untuk menurunkan biaya bahan baku dan distribusi.
(*)